Metadata, Data Pengguna yang Mau Dibagi WhatsApp ke Facebook

0

Pelita.online –

Pakar keamanan siber dari Vaksin.com Alfons Tanujaya mengungkap data pengguna yang akan dibagikan Whatsapp ke Facebook bersifat metadata. Metadata merupakan informasi yang dikumpulkan perusahaan internet mengenai penggunanya.

Whatsapp diketahui sudah mengumumkan pembaruan ketentuan layanan dan aturan privasi pengguna. Salah satu poin dalam aturan itu menyebut akan berbagi data dengan Facebook sebagai induk perusahaan.

Di sisi lain Facebook punya sejarah miring dalam menjaga data pribadi pengguna. Hal ini lantas mengundang kekhawatiran pengguna.
Menurut Alfons, informasi yang dikumpulkan Whatsapp dari pengguna ada dua, yakni terkait informasi dasar perangkat ponsel dan informasi dasar dari pengguna.

Informasi perangkat bisa mengenai detail perangkat keras, merek, tipe, memori, sistem operasi yang Anda gunakan, informasi peramban, Detail IP dan ISP pengguna, jaringan layanan seluler yang digunakan, nomor telepon, dan pengidentifikasi perangkat.

Sedangkan informasi dasar pengguna antaranya siapa yang Anda kenal, siapa yang dikirimi pesan, kapan Anda berkirim pesan, seberapa sering berkomunikasi dengan seseorang atau grup, hingga lokasi ketika sedang melakukan chat atau sedang berbagi lokasi.

“Dari informasi metadata pengguna, Whatsapp dapat mengetahui pola komunikasi Anda tanpa perlu mengetahui isi komunikasi,” kata Alfons dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (16/1).

Menurut Alfons, metadata dapat memperlihatkan siapa yang sering dikontak, kapan, dan seberapa intens. PAa metadata dapat menunjukkan riwayat komunikasi jangka panjang dan menunjukkan tingkat hubungan komunikasi seseorang.

“Karena pola komunikasi dengan keluarga, teman, teman dekat dan ‘teman dekat lain’ memiliki pola tersendiri yang tidak bisa dihindari dan akan terdeteksi dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi jika memiliki metadata dalam jangka panjang,” ucap dia.

Selain itu Whatsapp juga dapat mengetahui profil diri melalui group yang Anda ikuti. Misalnya, lingkaran pertemanan, hobi, hingga afiliasi politik.

“Hal yang mirip seperti terjadi pada kasus Cambridge Analytica yang mengantarkan Donald Trump ke kursi kekuasaan sangat mungkin terjadi lagi dengan pemanfaatan metadata ini. Jadi di tangan orang yang mengerti mengelola data, memang data menjadi komoditas yang paling berharga di muka bumi ini,” ucap dia.

Yang Harus Dilakukan Pengguna
Alfons menilai pengguna  tak perlu langsung menghapus Whatsapp karena kebijakannya tersebut. Sebab, ia menilai apa yang dilakukan Facebook group (Whatsapp) sebetulnya tidak berbeda dengan perusahaan internet lain.

“Sebagai contoh Youtube, Anda bisa memilih untuk tidak mendapatkan iklan dan membayar uang berlangganan. Namun tetap saja metadata anda diolah oleh Youtube dan digunakan untuk kepentingannya, salah satunya adalah untuk menampilkan rekomendasi video lain ketika anda menonton suatu video. Jadi dalam kasus ini, sudah bayarpun tetap metadatanya diolah,” katanya.

Alfons menyarankan untuk menyikapi ini pengguna sebaiknya mencegah satu perusahaan menguasai pasar terlalu besar dengan cara gunakan lebih dari satu aplikasi perpesanan. Dengan demikian, pengguna bisa mencegah perusahaan terkait bertindak arogan dan cenderung monopolistik.

“Mulai gunakan Telegram, Line atau Signal. Bukan karena lebih aman atau tidak mengeksploitasi data penggunanya karena pada prinsipnya semua penguasa pasar akan melakukan hal yang sama karena ada biaya besar pengadaan layanan (bandwidth, server etc) yang harus mereka tanggung,” kata dia.

Ia menambahkan kunci lain dalam menghadapi masalah ini yakni peran pemerintah untuk melindungi konsumen, sementara masyarakat harus secara sadar berusaha mencegah pasar menjadi monopolistik.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY