Muncul Wacana Trump Diberhentikan, Tak Perlu Tunggu 14 Hari

0
US President Donald Trump speaks before awarding the Presidential Medal of Freedom to retired football coach Lou Holtz on December 3, 2020, in the Oval Office of the White House in Washington, DC. (Photo by Brendan Smialowski / AFP)

pelita.online-Seiring waktu berjalan setelah para pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung Capitol saat berlangsungnya sidang Kongres yang sangat penting Rabu (6/1/2021) waktu setempat, mulai muncul kesadaran bersama bahwa dalang aksi memalukan tersebut tidak lain adalah presiden sendiri.

Media terkemuka The Washington Postbahkan menulis tajuk menuntut agar Trump diberhentikan dari jabatannya, tidak perlu menunggu 14 hari sampai Joe Biden dilantik.

“Presiden ini tidak layak untuk tetap bertugas sampai 14 hari ke depan. Setiap detik dia memegang kekuasaan yang begitu luas sebagai presiden akan menjadi ancaman bagi ketertiban umum dan keamanan nasional,” bunyi tajuk tersebut.

Lebih lanjut surat kabar itu meminta Wakil Presiden Mike Pence untuk segera memimpin pertemuan kabinet berdasarkan Amendemen ke-25 dan menyatakan bahwa Trump sudah “tidak mampu lagi menjalankan kekuasaan dan tugasnya”.

Pence sendiri harus dievakuasi dari ruang Senat ketika gedung Capitol diserbu massa pendukung Trump.

Jika Trump melawan, Kongres bisa meratifikasi pemberhentian Trump dan menugaskan Pence untuk menjabat sampai Biden dilantik, kata The Washington Post.

Koran legendaris itu, yang berjasa membongkar skandal Watergate di era Presiden Richard Nixon, menegaskan: “Selama Trump masih menghuni Gedung Putih, negara ini akan selalu dalam bahaya.”

Mike Pence
Ketika kembali membuka sidang yang tertunda akibat serbuan massa pro-Trump, Pence mengutuk aksi tersebut.

“Kepada mereka yang menyerbu Gedung Capitol hari ini — kalian tidak menang. Kekerasan tidak pernah menang. Kebebasan yang menang. Dan gedung ini masih menjadi rumah rakyat. Dengan dimulainya kembali sidang ini, dunia menyaksikan daya tahan dan kekuatan demokrasi kita. Mari kembali bekerja,” kata Pence.

Wacana pemberhentian Trump ini berkembang makin serius.

Stasiun televisi CBS News mengungkap bahwa sejumlah anggota kabinet mulai membahas kemungkinan implementasi Amendemen ke-25, meskipun belum disampaikan ke Pence karena wapres masih memimpin sidang di Senat.

Juga dberitakan bahwa sejumlah staf Gedung Putih segera mengajukan pengunduran diri setelah insiden tersebut. Mereka termasuk deputi sekretaris bidang media Sarah Matthew, sekretaris bidang sosial Rickie Niceta, dan kepala staf ibu negara
Stephanie Grisham.

Di Senat, beberapa senator yang sebelumnya mengatakan akan menolak kemenangan Biden berubah sikap 180 derajat dan mendukung penetapan hasil pilpres, meskipun masih ada beberapa yang bertahan.

Dalang, Provokator, Agitator
Pada hari sebelum aksi rusuh di Capitol, Trump berpidato di hadapan pendukungnya dan mendesak massa untuk mendatangi gedung parlemen yang sakral tersebut.

“Kita akan jalan kaki ke sana, dan saya akan menyertai kalian. Kalian harus tunjukkan kekuatan,” kata Trump.

Namun, dia tidak ikut dan hanya menyaksikan melalui televisi ketika massa menerobos masuk Capitol, bentrok dengan polisi, tembakan dilepaskan, satu orang tewas, para anggota Kongres dievakuasi, dan sidang dihentikan mendadak.

Trump tidak mengecam tindakan itu, dan hanya menulis di Twitter agar mereka tetap tertib dan damai.

Setelah didesak para petinggi negeri, akhirnya dia bicara di video, tetapi tidak mengutuk aksi tersebut, malah menggunakan kesempatan itu untuk mengulangi lagi tuduhan tak berdasar tentang pemilu curang, dan mengatakan ke para perusuh: “We love you. You’re very special.

Lalu, dia bercuit di Twitter mengamini aksi semacam itu.

“Hal-hal seperti ini bisa terjadi manakala kemenangan pemilihan yang sangat telak digugurkan begitu saja dengan begitu jahat,” tulis Trump.

Suara Bijak
Ketua Fraksi Partai Republik di Senat, Mitch McConnell, sebelumnya membuat pernyataan yang sangat tepat menggambarkan situasi partainya, di mana sejumlah senator siap mendukung Trump dan menolak pengesahan Biden.

McConnell mengatakan sudah diketahui tidak ada bukti tentang kecurangan pemilu yang meluas dan masif.

“Jika hasil pemilihan digagalkan hanya berdasarkan tuduhan yang digaungkan oleh pihak yang kalah, demokrasi kita akan terseret ke pusaran kematian,” kata McConnell.

“Saya tidak akan berpura-pura bahwa satu suara (menentang hasil pemilu) hanya ungkapan protes yang tidak merugikan siapa pun sembari mengandalkan orang lain untuk melakukan tindakan yang benar.”

Aksi rusuh itu membuktikan ucapan McConnell, bahwa sikap senator Ted Cruz dkk yang terang-terangan menolak kemenangan Biden dan secara buta membenarkan tuduhan Trump yang tanpa dasar ternyata bukan sekedar pernyataan politik tanpa akibat.

Sikap para senator itu menambah keyakinan Trump bahwa dia benar, dan makin berani melangkah lebih jauh dengan imbauan menyerbu Capitol.

Pesan yang sama diterima para pendukung garis keras Trump, bahwa aksi mereka punya dasar dan direstui para penghuni Senat itu sendiri.

Sumber: CBS, CNN, Washington Post

LEAVE A REPLY