JAKARTA, Pelita.Online – Keluarga mendiang Presiden ke-2 RI Soeharto akan mengadakan peringatan hari lahir Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Salah satu acara yang digelar dalam peringatan tersebut adalah ‘Selawat untuk Negeri’.
Selawat untuk Negeri akan digelar pada Sabtu, 11 Maret 2017, di Masjid At-Tien, kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. “Betul ada acara selawatan dalam memperingati Supersemar di Masjid At-Tien,” kata Titiek dalam keterangan tertulis, Jumat (24/2/2017).
Pengurus Takmir Masjid At-Tien akan menjadi panitia acara ‘Selawat untuk Negeri’ tersebut. Rencananya, acara ini akan dihadiri Habib Syech, Habib Rizieq, Prabowo Subianto, dan pasangan cagub-cawagub DKI Anies-Sandi.
Namun Titiek menegaskan bahwa acara ini bukan untuk kampanye Anies-Sandi, seperti undangan yang kemudian menjadi viral di media sosial.
“Ini lagi, ada-ada saja. Betul ada acara selawatan dalam memperingati Supersemar di Masjid At-Tien. Tapi nggak ada hubungannya dengan kampanye. Ini acara keluarga, nggak tahu kok ada undangan yang beredar viral seperti itu,” ucap Titiek.
Supersemar dikeluarkan oleh Presiden Sukarno selalu Presiden/Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi Mandataris MPRS kepada Letnan Jenderal Soeharto sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat.
Surat perintah ini dikeluarkan pada 11 Maret 1966 agar Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya ketenangan, keamanan, kestabilannya menjalankan pemerintahan, dan keselamatan pribadi Presiden Sukarno.
Surat tersebut ditandatangani oleh Presiden Sukarno dan diberikan kepada 3 perwira tinggi Angkatan Darat, yakni Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen M Yusuf, dan Brigjen Amir Machmud. Namun hingga sekarang naskah asli Supersemar tidak diketahui keberadaannya. Pada 2008, muncul naskah Supersemar di internet. Naskah diketik di sebuah kertas berwarna kekuningan yang tampak tua.
Naskah Supersemar tersebut beredar dari milis dan e-mail. Dalam versi online ini, naskah Supersemar diketik di atas kertas berkop Presiden Republik Indonesia disertai logo padi dan kapas di atasnya.
Selain logo padi dan kapas, ada logo burung garuda di sisi kiri. Di akhir naskah, ada tanda tangan Presiden Indonesia Sukarno pada 11 Maret 1966. Naskah ditulis dalam ejaan lama.
Ada sejumlah kejanggalan dalam naskah tersebut. Misalnya, meskipun menggunakan ejaan lama, anehnya nama Soeharto ditulis dengan ejaan baru, Suharto.
Detik.com
Mendukung moga suksess