Tanda tanya sakit Setya Novanto

0

Jakarta, Pelita.Online – Ketua DPR Setya Novanto seharusnya menjalani pemeriksaan perdana dengan status sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi KTP elektronik, Senin (11/9). Namun, Setya Novanto tidak bisa hadir. Alasannya, dia sedang sakit.

Kabar ketidakhadiran itu disampaikan langsung oleh Sekjen Partai Golkar Idrus Marham. Idrus mengatakan, Novanto perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

“Kami mengantarkan surat yang dilampirkan serta keterangan dokter dan tentu ada beberapa hal untuk menyampaikan pada KPK bahwa dengan kondisi yang ada Setya Novanto hadir pada saat ini kondisi kesehatan tidak memungkinkan,” katanya di gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (11/9).

Dari keterangan Idrus, Novanto sakit usai melakukan aktivitas olahraga. Setelah diperiksa tim dokter, ternyata ada beberapa penyakit dalam yang mengharuskan Novanto mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Siloam, kawasan Semanggi. Penyakitnya berhubungan dengan organ dalam yakni ginjal dan jantung.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, Pak Novanto kemarin setelah berolahraga lalu kemudian gula darah naik setelah diperiksa ternyata implikasi fungsi ginjal dan tadi malam diperiksa ternyata juga ada pengaruh dengan jantung,” ungkapnya.

Namun keterangan penyakit Setya Novanto yang disampaikan Idrus Marham berbeda dengan yang disampaikan tim Dokter DPR saat menyambangi RS MRCC Siloam, Selasa (12/9). Dokter Hari Suseno mengatakan Novanto menderita sakit vertigo.

“Kita kan waktu itu kirim (ke rumah sakit) karena beliau lagi main pingpong jatuh ya, jadi ada indikasi itu vertigo. Saya enggak mau berspekulasi sehingga saya kirimkan ke sini,” katanya di lobby RS Siloam, Jakarta, Selasa (12/9).

Sementara soal pernyataan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham yang menyebut berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, gula darah Setnov naik, Hari mengatakan hal itu bisa saja terjadi. Namun untuk saat ini indikasi penyakit yang dialami Setnov adalah vertigo.

“Kondisinya sadar tapi begitu ya orang vertigo ya begitu kalau ngomong kliengan (lemas atau pusing),” katanya.

Dia tidak bisa memastikan berapa lama waktu perawatan yang diperlukan Setya Novanto. Dokter khusus anggota DPR itu mengaku hanya memeriksa yang ringan-ringan saja, selebihnya untuk tindakan medis lain menyerahkan kepada pihak RS.

“Untuk tindakan pengobatan medis lain rumah sakit yang tahu, kita belum mengerti,” katanya.

Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Nurul Arifin juga mengutarakan penyakit Setya Novanto usai menjenguk di Rumah Sakit Siloam. Dia menyebut Setya Novanto mengalami vertigo dan sedang dilanjutkan pemeriksaan lanjutan oleh pihak rumah sakit.

“Memang kondisinya vertigo dan sedang dilanjutkan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan,” katanya di lobby rumah sakit Siloam, Karet, Jakarta Selatan, Selasa (12/9).

Dokter menyarankan Novanto istirahat total supaya bisa cepat pulih. Sebab, selain vertigo, kata dia, ada indikasi penyakit lain. Namun untuk mengetahuinya perlu pemeriksaan laboratorium.

“Ada indikasi lain lah yang kita belum tahu dan harus diperiksa laboratorium dan sebagainya. Kemarin juga sudah dilakukan,” ungkapnya.

Tanda tanya penyakit Novanto ini membuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai berpikir untuk melakukan pengecekan. Juru bicara KPK, Febri Diansyah mengatakan, pihaknya akan mempelajari hasil pemeriksaan kesehatan Setya Novanto. Sebab, ada beragam pernyataan dari pejabat partai Golkar dan tim dokter mengenai sakit yang diderita ketua DPR itu.

“Memang ada keterangan sakit di sana ada keterangan dari rumah sakit dan dokter kita pelajari terlebih dahulu,” ujar Febri di gedung KPK, kemarin.

KPK tidak menutup kemungkinan bakal menggandeng Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk menelaah kebenaran surat hasil pemeriksaan kesehatan Novanto. KPK telah membuat perjanjian kerja sama dengan IDI sejak tahun 2012 sampai 2017 dan telah diperpanjang. Dia berharap kerja sama dengan IDI membuat upaya pemberantasan korupsi menjadi lebih efektif dengan diagnosa sejujurnya atas pihak-pihak yang tengah berperkara.

“Dengan adanya kerja sama itu para dokter mendukung upaya pemberantasan korupsi dengan memberikan informasi dan diagnosa sebenarnya,” ucapnya.

Wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M. Syarif mengatakan, pendapat dari IDI serta dokter akademisi bisa dilakukan jika Setya Novanto kembali mangkir di panggilan kedua. KPK sudah memberikan surat pemanggilan kedua untuk Novanto.

“Tetapi saya belum tahu persis ada second opinion. Tapi nanti dipanggil kedua kali tidak bisa karena sakit biasanya minta second opinionnya kepada IDI dan ada dokter akademisi,” kata Laode di Gedung Parlemen, Jakarta Pusat.

Senada dengannya, Ketua KPK Agus Rahardjo juga menyatakan hal sama. Lembaga antirasuah ini akan meminta pendapat IDI jika Novanto tak memenuhi panggilan KPK lantaran sakit. Agus menjelaskan, pihaknya menggunakan opini dari IDI agar terbebas dari kepentingan masing-masing.

“Mungkin akan dilakukan karena Pak Setnov di DPR punya dokter DPR, KPK juga punya dokter KPK, kalau kemudian dua belah pihak berikan pendapat bisa bias,” ungkap Agus.

Agus juga menepis terkait opini jika menggunakan second opini, lantaran tidak percaya alasan Setnov yang mangkir. Dia pun menegaskan, pihaknya hanya mencari pendapat yang adil.

“Bukan, ya itu tadi, dokter di salah satu pihak memberikan opini yang mungkin bias, karena kita nanti berbenturan kalau dokter KPK bilang gini DPR bilang gini gimana, cari yang netral, jadi cari dari IDI,” ucapnya.

Merdeka.com

LEAVE A REPLY