TNI AL Buka Suara soal Dugaan Seaglider Mata-mata China

0

Pelita.online – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Julius Widjodjono merespons pernyataan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah yang menyebut keberadaan UVV (unmanned underwater vehicle) atau seaglider alat mata-mata China.

Julius mengatakan seaglider tersebut, sesuai dengan penjelasan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, hanya untuk mendeteksi oseanografi, dan tidak bisa mendeteksi keberadaan kapal-kapal di permukaan.

“Merujuk pada konfrensi Pers Bapak Kasal, seaglider untuk mendata oseanografi. Dan tidak untuk mendeteksi kapal-kapal atas air. Hanya untuk pendataan oseanografi ,” kata Julius saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/1).

Meski demikian, Julius mengatakan bahwa pihaknya tetap menyelidiki alat tersebut. Ia pun meminta semua pihak menunggu hasil pemeriksaan sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan Yudo.

“Tunggu satu bulan lagi,” katanya.

Sebelumnya, Nurdin mengaku telah mengajukan protes kepada Pemerintah China atas penemuan seaglider di Pulau Tenggol, Masalembu, dan Kepulauan Selayar. Ia juga mengaku telah berkoordinasi dengan Danlantamal VI terkait temuan seaglider itu.

Nurdin menyebut drone tersebut diduga milik China. Menurutnya, keberadaan sealider itu diduga kuat untuk melakukan aktivitas mata-mata.

“Itu mata-mata. Kami sudah berkoordinasi dengan Danlantamal, Angkatan Laut (terkait penemuan drone itu),” ujarnya.

Sejauh ini TNI AL masih belum bisa memastikan negara pemilik seaglider yang ditemukan di perairan Selayar. Seaglider itu sedang diteliti oleh Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidrosal) TNI AL.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono memberi tenggat satu bulan kepada Pushidrosal TNI AL untuk menggali informasi soal seaglider tersebut. Yudo mengakui bahwa seaglider adalah salah satu peralatan di bidang kelautan yang memang bisa digunakan di industri pertahanan dan militer.

Salah satu kegunaan peralatan ini di bidang militer dijelaskan Yudo yakni sebagai pembuka jalan kapal selam di wilayah laut dalam. Kegunaan ini juga berlaku untuk alat yang ditemukan di perairan Selayar, Sulawesi Selatan oleh seorang nelayan yang telah dipastikan sebagai seaglider.

“Kalau dipakai pertahanan, mungkin bisa digunakan data kedalaman ataupun layer lautan tadi, supaya kapal selam tidak dideteksi,” kata Yudo saat menggelar konferensi pers di Markas Pushidrosal TNI AL, Ancol, Jakarta Utara, Senin (4/1).

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY