Trump Ancam Tolak Tanda Tangani RUU Covid-19

0
US President Donald Trump points as he visits his campaign headquarters in Arlington, Virginia, November 3, 2020. - A bitterly divided America was going to the polls on Tuesday amid the worst pandemic in a century and an economic crisis to decide whether to give President Donald Trump four more years or send Democrat Joe Biden to the White House. A record-breaking number of early votes -- more than 100 million -- have already been cast in an election that has the nation on edge and is being closely watched in capitals around the world. (Photo by SAUL LOEB / AFP)

Pelita.online – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam pada Selasa (22/12) Desember) untuk menolak penandatanganan RUU bantuan virus corona senilai US$ 892 miliar (Rp 12.738 triliun) yang mencakup uang yang sangat dibutuhkan untuk individu Amerika. Trump mengatakan RUU harus diubah untuk meningkatkan jumlah dalam pemeriksaan stimulus.

Seperti dilaporkan Reuters, operasi pemerintah AS didanai untuk sementara hingga 28 Desember, menunggu pengeluaran federal sebesar US$ 1,4 triliun (Rp 19.993) untuk fiskal 2021 yang juga merupakan bagian dari RUU tersebut.

Kegagalan untuk mengesahkan RUU sementara atau mengesampingkan kemungkinan veto Trump terhadap undang-undang tersebut dapat mengakibatkan penutupan sebagian pemerintah.

Ancaman Trump menimbulkan kekacauan upaya bipartisan di Kongres untuk memberikan bantuan bagi orang-orang yang hidupnya telah diubah oleh pandemi.

“RUU yang mereka rencanakan untuk dikirim kembali ke meja saya jauh berbeda dari yang diantisipasi,” kata Trump dalam video yang diposting di Twitter.

Baik DPR dan Senat AS mengesahkan undang-undang tersebut pada Senin malam.

Trump mengatakan dia ingin Kongres meningkatkan jumlah dalam cek stimulus menjadi US$ 2.000 untuk individu atau US$ 4.000 untuk pasangan. Jumlah itu jauh lebih banyak daripada US$ 600 yang “sangat rendah” untuk individu yang saat ini ada dalam RUU tersebut.

Trump tidak menggunakan kata “veto” dalam pernyataannya. Dia akan meninggalkan jabatannya pada 20 Januari ketika Presiden terpilih Joe Biden dilantik.

Sumber:Suara Pembaruan

LEAVE A REPLY