60 Juta Orang Jadi Agen Perubahan Perilaku

0

Pelita.online – Satgas Penanganan Covid-19 akan mengerahkan seluruh sumber daya guna dalam kampanye masif membentuk perilaku masyarakat sadar pandemi, terutama dalam hal disiplin menerapkan protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Sebanyak 60 juta orang diharapkan menjadi agen perubahan beserta kader posyandu terdiri dari ibu-ibu PKK yang berjumlah sekitar 1,5 juta orang, dan semua perangkat TNI dan Polri agar membantu 32.000 relawan.

Hal itu diungkapkan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo saat melakukan company visitsecara virtual ke BeritaSatu Media Holdings (BSMH), Rabu (2/9). Doni didampingi anggota Tim Komunikasi Satgas Suryopratomo, sementara hadir dari jajaran BSMH, founder BSMH John Riady, COO BSMH Anthony Wonsono, Direktur Pemberitaan BSMH Primus Dorimulu, dan sejumlah pemimpin redaksi grup BSMH.

Dalam upaya tersebut, satgas juga akan mengoptimalkan 1.500 puskesmas. Dari setiap puskesmas akan digerakkan lima petugas yang melakukan testing, tracing, dan treatment.

“Ini akan menjadi kekuatan besar. Namun, hal itu belum cukup apabila tidak ditopang media massa yang ikut serta mengampanyekan protokol kesehatan,” kata Doni.

Karena itu, Satgas Penanganan Covid-19 berharap BSMH, baik televisi, surat kabar, majalah, maupun media online, bersama media massa lain., menjadi bagian untuk mengampanyekan perubahan perilaku. Satgas juga berharap 11.600 wartawan di seluruh Indonesia bisa membuat berita berisi ajakan kepada masyarakat untuk mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Pada September ini, kampanye difokuskan pada ajakan memakai masker.

Doni menyebutkan dalam kampanye memakai masker ada tagline “Ingat Pesan Ibu”. Diungkapkan, meski pandemi telah berlangsung setegah tahun dan berbagai informasi pencegahan digaungkan, sampai saat ini, masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa Covid-19 adalah rekayasa dan konspirasi.

“Bahkan di daerah tertentu terang-terangan menolak masker. Covid-19 adalah bohong-bohongan, sehingga tak usah pakai masker,” katanya.

Banyaknya masyarakat menganggap Covid bukan bahaya bisa dilihat dari hasil survei. Di Jakarta 30% masyarakat mengatakan tidak mungkin terkena Covid-19. “Ini di kota besar masih berpikir seperti itu,” katanya.

Menghadapi kondisi seperti ini, lanjutnya, tentu dibutuhkan cara dan strategi yang tepat. Satgas mencari figur yang bisa diterima masyarakat, sehingga dipilih figur seorang ibu. Apabila seorang ibu menyampaikan pesan, sementara sang anak tidak taat, maka anak itu dianggap durhaka.

“Kita semua tahu, tidak ada yang tidak sayang dengan ibu dan kita semua adalah anak dari seorang ibu,” kata Doni.

Dalam konteks pandemi, menurut Doni, seorang ibu berbicara soal mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan kepada anak. Apabila ada anak yang tak patuh hingga terpapar corona,tetapi tidak terdeteksi karena tidak melakukan tes PCR, maka cepat atau lambat akan menularkan virus kepada sang ibu yang sudah memberikan nasihat. “Apalagi apabila sang ibu memiliki penyakit penyerta, bisa-bisa tidak tertolong. Artinya secara tidak langsung seorang anak telah membunuh ibunya,” ujar Doni.

Apresiasi
John Riady mengapresiasi langkah Satgas Penanganan Covid-19 yang tidak menitikberatkan pada titik akhir atau rumah sakit dalam menangani pandemi, melainkan melakukan tindakan preventif dengan menitikberatkan pada perubahan perilaku.

Approach ini sudah tepat sekali dan ide menggunakan tema sayang kepada ibu, bagus sekali. Kami siap mendukung,” katanya.

John menambahkan, pihaknya mengukuti perkembangan pandemi. “Kami bersyukur kepemimpinan Pak Doni dan BNPB serta koordinasinya yang begitu baik, kami benar merasakan empat bulan ini jauh lebih teratur, arahan pemerintah semakin jelas, sehingga kami lebih mudah mengikuti dan ambil bagian dalam penanggulangan pandemi ini,” katanya.

Bahkan, John menyatakan di luar grup BSMH, pihaknya siap menggerakkan seluruh organisasi dalam grup untuk mendukung kampanye perubahan perilaku agar masyarakat semakin disiplin melaksanakan protokol kesehatan. “Kami siap membantu, ini visi kita Pak,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut Doni juga mengungkapkan kondisi terkini pandemi dan perkembangan penanganannya. Selain kapasitas pelayanan kesehatan, pihaknya juga memikirkan jumlah dokter. Jumlah dokter saat ini sudah lebih dari 200.000 dari berbagai keahlian secara nasional. Jumlah dokter spesialis kurang dari 36.000, dan dokter paru kurang dari 2.000.

“Data Satgas, 1.800 (dokter paru), sedangkan data dari asosiasi lebih sedikit, yakni 1.200. Katakanlah dokter paru kita 2.000, penduduk kita 270 juta. Artinya satu orang dokter paru melayani 135.000 warga negara kita. Kehilangan satu dokter paru, berarti telah kehilangan pelayanan 135.000 warga,” kata Doni.

Satgas juga mengundang tokoh-tokoh agama untuk bisa berkunjung, semata-mata untuk menyampaikan pesan moral kepada bangsa Indonesia agar masalah Covid-19 menjadi perhatian semua pihak. “Kita disiplin pun belum tentu kita aman, kalau kita tidak mau mengajak orang di dekat kita untuk berdisiplin,” tegasnya.

Selama empat bulan terakhir pada tahun ini, pihaknya menargetkan delapan target, yakni melindungi kelompok rentan, menekan angka kasus, meningkatkan testing, menyiapkan vaksinasi, logistik kesehatan, sosialisasi, perubahan perilaku, dan pendataan.

Untuk vaksinasi jumlahnya masih terbatas. Tahap pertama 10 juta orang pada November. lalu 10 juta orang pada Desember, dan baru pada 2021 lebih banyak lagi masyarakat yang divaksinasi. “Itu pun harus diatur supaya ada pemerataan, kepada seluruh daerah, termasuk daerah yang risikonya tinggi, termasuk kepada masyarakat yang risikonya tinggi, kelompok rentan,” katanya.

Sambil menunggu vaksin dan obat, ada beberapa langkah untuk menyampaikan peringatan kepada masyarakat untuk tetap hati-hati dan waspada. “Dalam enam bulan terakhir, masyarakat sudah jenuh, lelah, bahkan angka perceraian pun meningkat. Banyak persoalan, demikian juga PHK jumlahnya semakin banyak. Hingga 2 September 2020 dari Kemnaker, sudah mendekati 1 juta orang, dan ini tentunya menjadi ancaman bagi masalah kesehatan,” ujarnya.

Karena itu pesan kampanye diharapkan bisa disuarakan oleh media massa bersama pemerintah. “Saya yakin kalau pesan ini tepat dan masyarakat tersentuh hatinya, termasuk menggunakan saluran komunitas, hobi, keagamaan, dan paguyuban kedaerahan. Ini sebuah kekuatan yang sangat efektif,” tutup Doni.

 

Sumber : Beritasatu.com

LEAVE A REPLY