9 Fenomena Langit yang Terjadi Selama September 2018: Akan Ada Fenomena Ekuinoks

0

Pelita.Online – September tahun ini bakal jadi bulan yang istimewa sepanjang 2018 karena ada beberapa fenomena langit yang bisa diamati.

Total ada 10 fenomena langit yang terjadi hampir setiap minggu selama bulan September.

Namun, fenomena langit yang pertama berupa Fase Bulan Separuh Akhir telah terjadi pada Senin, 3 September 2018 kemarin.

Fase bulan separuh akhir ini terbit pada pukul 23:43 WIB, atau 6 jam 8 menit sebelum Matahari terbit.

Saat itu, bulan hanya terlihat separuh karena berada sejauh 90 derajat posisinya dari Matahari di langit Bumi.

Jadi, yuk catat 9 fenomena langit bulan September 2018 lainnya yang akan terjadi berikut, sebagaimana dirangkum TribunTravel.com dari laman infoastronomy.org.

8 September 2018: Oposisi Neptunus

Planet Neptunus merupakan planet yang cukup sulit diamati dengan mata telanjang, sehingga butuh teleskop yang kuat untuk melihatnya.

Namun, 8 September 2018 menjadi waktu terbaik untuk mengamati Planet Neptunus.

Pada tanggal tersebut, Neptunus berada pada titik oposisi, yakni jarak terdekat dengan Bumi.

Oposisi terjadi pada pukul 01.13 WIB dan berada pada jarak 28,93 AU (1 AU sama dengan jarak Bumi ke Matahari, yakni 149,598,000 kilometer).

Peristiwa Oposisi Neptunus dapat dilihat di langit timur tepat saat Matahari terbenam, Neptunus masih bersinar dengan magnitudo +7,8.

Ini akan cukup terang jika diamati lewat teleskop.

9 September 2018: Hujan Meteor Piscid

Bulan September akan dihiasi dengan fenomena hujan meteor yang memancar dari rasi bintang Pisces.

Intensitas maksimum hujan meteor Piscid adalah 10 meteor per jam.

Meski bisa diamati tanpa menggunakan teleskop, pastikan kamu melihatnya di tempat yang terbebas dari polusi cahaya.

Hujan meteor Piscid dapat diamati pada 9 September 2018 mulai pukul 00.00.

10 September 2018: Komet 21P di Perihelion

Setelah semalam sebelumnya hujan meteor Piscid menghiasi langit September, ada Komet 21P yang akan melintas.

Pada 10 September 2018, komet 21P akan mencapai jarak terdekatnya dari Matahari, atau yang disebut sebagai perihelion.

Jarak terdekat Komet 21P dengan Matahari sama dengan jarak Bumi dengan Matahari.

Yakni, mencapai sekitar 150 juta kilometer.

Ini juga merupakan saat terbaik untuk mengamati sang komet.

Diperkirakan akan mencapai magnitudo +6, komet ini bisa diamati dengan mata telanjang asalkan lokasi pengamatan cerah tanpa mendung dan bebas polusi cahaya.

Untuk melihatnya, komet 21P atau Giacobini-Zinner akan berada di arah rasi bintang Auriga, lebih baik diamati mulai pukul 03:00 dini hari

14 September 2018: Konjungsi Bulan dengan Jupiter

September juga menjadi waktu bagi kamu melihat Planet Jupiter berdampingan dengan Bulan.

Planet Jupiter akan berada sejauh 4° dari Bulan sabit muda di tanggal ini, atau dalam astronomi dikenal sebagai peristiwa konjungsi.

Dari langit Indonesia, pasangan benda langit ini akan bisa mulai diamati pada sekitar pukul 18:00 waktu setempat daerahmu, saat keduanya berada pada ketinggian 51° di atas cakrawala barat.

Keduanya bisa terus diamati hingga 3 jam 48 menit setelah Matahari terbenam.

Jupiter akan tampak bagaikan bintang kuning terang tak berkelap-kelip di dekat Bulan bila kamu mengamatinya tanpa teleskop.

Pada momen konjungsi ini, Bulan akan bersinar dengan magnitudo -11 dan Jupiter dengan magnitudo -1,9.

Keduanya berada di depan rasi bintang Libra.

17 September 2018: Fase Bulan Separuh Awal

Sepekan setelah fase Bulan Baru, di tanggal ini Bulan akan secara astronomis masuk pada fase separuh awal tepat pada pukul 06:16 WIB.

Namun, Bulan baru akan terbit pada tengah hari, dan akan berada di langit atas kepala saat Matahari terbenam.

Pada fase ini, Bulan akan berada pada jarak sekitar 398.000 kilometer dari Bumi, sehingga diameter sudutnya akan mencapai selebar 29’54”.

17 September 2018: Konjungsi Bulan dengan Saturnus

Bulan pun punya ‘teman’ lagi saat berada pada fase separuh awal.

Yakni, bersama Planet Saturnus.

Kedua benda kosmik ini akan berada sejauh 2° satu sama lain.

Kamu bisa mulai mengamatinya sesaat setelah Matahari terbenam.

Tepatnya ketika Bulan dan Planet Saturnus berada pada ketinggian 73° dari cakrawala selatan.

Mereka bisa terus diamati sampai sekitar pukul 23:53 waktu setempat di daerahmu, saat keduanya berada di bawah 8° dari cakrawala barat daya.

Namun, untuk melihat cincin Saturnus dengan jelas, kamu masih perlu teleskop dengan pembesaran minimal 75 kali.

Di momen konjungsi ini, Bulan dan Saturnus akan berada di depan rasi bintang Sagitarius, dengan magnitudo masing-masing-11,9 dan 0,2.

20 September 2018: Konjungsi Bulan dengan Mars

Bintang kemerahan yang tak berkelap-kelip yang terlihat di langit arah timur saat malam hari adalah Planet Mars.

Nah, pada tanggal ini, Mars akan berada sejauh 4° dari Bulan, membuat keduanya tampak seolah berdekatan.

Untuk melihat Mars lebih jelas, kamu harus menggunakan teleskop.

Sebab, dengan mata telanjang, Mars akan muncul seperti bintang merah terang saja.

Dalam peristiwa konjungsi ini, cahaya Mars akan mencapai magnitudo -1,6, sedangkan Bulan akan mencapai magnitudo -12,3.

23 September 2018: Ekuinoks

Tentu traveler pernah mendengar istilah Ekuinoks.

Ekuinoks September menandai hari pertama musim gugur bagi belahan Bumi utara dan hari pertama musim semi bagi belahan Bumi selatan.

Pada hari ekuinoks, durasi siang dan malam di seluruh wilayah Bumi tepat sama, yakni 12 jam.

Ekuinoks terjadi karena poros putaran Bumi miring pada sudut 23,5° terhadap bidang orbitnya dalam mengelilingi Matahari.

Kemiringan inilah yang membuat adanya gerak semu tahunan Matahari.

Akibatnya, pada bulan Juni, kutub utara Bumi lebih condong ke arah Matahari.

Sementara, pada bulan Desember kutub selatan Bumi lebih condong ke arah Matahari.

Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan musim di Bumi.

Saat ekuinoks, Matahari juga akan tepat berada di ekuator, serta terbit tepat di timur dan terbenam tepat di barat.

Ekuinoks September 2018 akan terjadi pada pukul 08:15 WIB.

25 September 2018: Bulan Purnama

Masa-masa akhir September 2018 akan menawarkan peristiwa Bulan yang masuk fase penuh atau purnama.

Secara astronomis, fase penuh Bulan terjadi pada pukul 09:54 WIB.

Namun, Bulan purnama baru bisa dilihat tak lama setelah Matahari terbenam.

Pada fase purnama ini, Bulan terletak di depan rasi bintang Pises dan akan 99,9% diterangi Matahari.

Perlu diketahui, persentase ini tidak mencapai 100 persen, karena jika terjadi 100 persen itu akan mengakibatkan gerhana.

Tribunnews.com

LEAVE A REPLY