Ahli Waris Ingin Peran Tan Malaka Masuk Pelajaran Sejarah

0

Pelita.online – Ahli waris Tan Malaka ingin sejarah perjuangan penggagas Republik Indonesia itu dimasukkan ke dalam pelajaran Sejarah di sekolah. Mereka meminta hal tersebut kepada pemerintah sebagai salah satu cara agar generasi penerus bangsa mengetahui kiprah Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan.

Hengky Novaron Arsil Datuk Tan Malaka mengatakan masih terlalu banyak hal yang perlu digali dari Tan Malaka, baik dari segi pemikiran, perjalanan hidup, gagasan, visi, misi, dan cita-cita mulianya, untuk dipelajari oleh generasi penerus dan masyarakat. Pihaknya menilai hal itu sebagai bentuk kompensasi atas jasa Tan Malaka bagi negeri ini.

“Jasa dan peranan Tan Malaka sangat patut dikenang dalam ingatan dengan cara memasukkan kiprah sejarah yang pernah beliau lakukan ke dalam kurikulum pendidikan Sejarah. Dengan begitu, Tan Malaka akan selalu terukir di sanubari para generasi penerus bangsa ini. Memasukkan kiprah sejarah tersebut sekaligus sebagai ikhtiar melawan lupa terhadap jasa Tan Malaka,” tutur perwakilan ahli waris Tan Malaka itu kepada CNNIndonesia.com belum lama ini.

Hengky juga berharap pemerintah memberikan hak dasar Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Hak dasar yang diinginkan ahli waris, kata Hengky, ialah hak untuk dibangunkan taman makam pahlawan di makam Tan Malaka di Pandam Gadang, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

“Substansi kami adalah hak-hak dasar Tan Malaka sebagai pahlawan, yaitu taman makam pahlawan di tanah kelahirannya,” ujarnya.

Bonnie Triyana, sejarawan, menyatakan sejarah perjuangan Tan Malaka penting diajarkan di sekolah agar generasi muda mengerti dan kenal bahwa pada sebuah masa Indonesia punya tokoh sejarah kaliber internasional, pemikir yang kosmopolit dengan pijakan dan keberpihakan kepada bangsanya yang tertindas.

Bagi Bonnie, bukan hanya pemikiran Tan Malaka yang layak diajarkan di sekolah, tetapi juga pemikiran semua tokoh sejarah atau pahlawan nasional dari berbagai macam spektrum pemikiran dan ideologi.

Namun, agar siswa tidak terbebani pelajaran Sejarah yang dibatasi durasi jam pengajaran, ia ingin fasilitas pembelajaran sejarah di ruang publik (tak hanya di ruang kelas) juga diperbaiki.

“Kalau usul saya, wajibkan siswa membaca dan meresensi pidato pembelaan Bung Karno, Bung Hatta, dan otobiografi Tan Malaka, Dari Penjara ke Penjara,” ucapnya.

Guru Besar Sejarah Universitas Andalas, Gusti Asnan, mengatakan bahwa masuk atau tidaknya kisah perjuangan Tan Malaka ke dalam kurikulum pendidikan bergantung pada keputusan politik.

“Keluarga atau kelompok masyarakat bisa saja mengusulkan pemikiran Tan Malaka masuk ke dalam kurikulum. Namun, keputusan ada di tangan pemerintah. Asosiasi orang bahwa Tan Malaka itu kiri. Itu yang dicemaskan oleh sebagian besar orang, termasuk juga penentu di Kemendikbud, yang menyeleksi boleh atau tidak pemikiran Tan Malaka masuk ke kurikulum,” tuturnya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (3/1).

Ia setuju bahwa pemikiran Tan Malaka diajarkan kepada siswa. Menurutnya, gagasan-gagasan Tan Malaka tentang Indonesia, kebangsaan, dan lain-lain, sama pentingnya dengan pemikiran pejuang lain untuk dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan.

“Pemikiran Tan Malaka suatu waktu pernah diterima. Artinya, penting. Saya yakin awal tahun ’50-an, pemikiran Tan Malaka mendapatkan tempat. Sejak tahun 60-an ke atas, kontrol penguasa dominan sekali. Jadi, materi-materi yang akan masuk diseleksi,” katanya.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY