BPPT Hentikan Modifikasi Cuaca Jabodetabek, Beralih ke Karhutla Riau

0

pelita.online-Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB TMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kementerian Riset dan Teknologi telah menghentikan upaya modifikasi cuaca di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sejak Selasa (2/3/2021).

Operasi tersebut dihentikan berdasarkan evaluasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menilai tidak ada lagi potensi hujan lebat atau cuaca ekstrem.

“TMC Halim sudah berakhir 3 Maret karena cuaca Jabodetabek menurut BMKG sudah kondusif sehingga ke depan tidak ada potensi seperti kondisi tanggal 18-19 Februari, jadi relatif aman,” kata Kepala BB TMC Jon Arifian saat dihubungi Beritasatu.com, Jumat (5/3/2021).

Jon menjelaskan BB TMC saat ini akan beralih kepada operasi modifikasi cuaca di daerah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Jon mengaku masih melakukan koordinasi dan menunggu surat resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku otoritas anggaran untuk kondisi darurat.

“Rencananya awal Maret, sekitar awal minggu depan menunggu surat dari BNPB,” ujar Jon.

Jon mengatakan pada tahap awal akan mengirimkan sekitar 20 ton garam dapur (NaCl), namun penggunaannya disesuaikan dengan kondisi karhutla di sana. Menurutnya, jika operasi TMC dilakukan dalam periode lama, maka akan dilakukan penambahan bahan semai garam.

“Pengalaman tahun 2020, di Riau sampai 94 ton karena operasi dimulai dari Maret sampai Oktober, sehingga tergantung eskalasi di lapangan seperti apa,” ujarnya.

Jon menyebut hampir seluruh wilayah Provinsi Riau merupakan lahan gambut, namun titik hotspot paling sering berada di sektor timur laut, utara, dan timur, serta perbatasan dengan Provinsi Jambi. Lokasi-lokasi hotspot tersebut akan menjadi sasaran dari operasi modifikasi cuaca.

“Di pesisir Riau itu paling banyak lahan gambut,” ujarnya.

Jon berharap kondisi cuaca yang masih turun hujan dan berawan bisa membantu operasi modifikasi cuaca di Provinsi Riau. “Dengan modal itu kita berharap operasi dilakukan secepat mungkin, tanah masih bisa kita optimalkan kebasahannya,” katanya.

Terkait modifikasi cuaca Jabodetabek, Jon menjelaskan operasi digelar selama 10 hari pada 21 Februari-2 Maret 2021 dengan total bahan semai 26,8 ton garam. Dia mengatakan modifikasi cuaca terakhir atau hari ke-10 dilakukan dengan bantuan pesawat TNI CASA 212 untuk menebar 800 kg NaCl ke sektor barat laut dan barat daya Jabodetabek karena angin masih berasal dari kedua arah tersebut.

Jon menambahkan total anggaran yang dikeluarkan untuk modifikasi cuaca selama 10 hari di Jabodetabek sekitar Rp 1,8 miliar.

“BNPB selaku otoritas yang memutuskan selesai atau tidaknya program modifikasi cuaca dan pihak yang mengerahkan dukungan dana darurat,” lanjutnya.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY