Dirjen Dikti: Pandemi Tidak Hentikan Tridharma Perguruan Tingg

0
Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud Nizam, menjadi pembicara acara “Beritasatu CEO Power Breakfast, Jakarta, Kamis (10/9/2020).

Pelita.online – Pandemi Covid-19 telah menjadi disruptor terbesar pada abad ke-21 yang tidak pernah terduga sebelumnya. Namun hal ini tidak menghentikan kampus untuk menjalankan tridharma perguruan tinggi dalam kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dikti Kemdikbud), Nizam menuturkan, salah satu contoh program dilakukan mahasiswa adalah menjadi relawan mahasiswa dalam program Relawan Covid-19 (Recon) yang diikuti oleh 15.000 mahasiswa kesehatan.

“Para relawan tersebut memiliki beberapa tugas, yaitu menjalankan program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), promotif, preventive tracing, screening, dan lainnya,” ujar Nizam dalam acara Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang digelar Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung, secara daring, Rabu (21/10/2020).

Selain itu, terdapat beberapa kegiatan lain yang dilakukan mahasiswa untuk pengabdian kepada masyarakat. Di antaranya adalah kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Covid-19, Kampus Mengajar yang terbagi menjadi dua yaitu Mengajar Dari Rumah (MDR) dan Kampus Mengajar Perintis (KMP), Duta Edukasi Perubahan Perilaku, dan Kampus Merdeka untuk ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi yang direncanakan untuk tahun 2021.

Selanjutnya, Nizam menyebutkan, terdapat beberapa pembelajaran yang dapat diambil dari situasi pandemi Covid-19 ini, yakni terjadinya adaptasi yang sangat cepat terhadap penggunaan teknologi pembelajaran dan kerja dari rumah tidak kalah produktif dengan kerja di kantor.

“Energi kreatif justru meningkat saat pandemi. Lebih dari 1.000 invensi dan inovasi dihasilkan oleh perguruan tinggi, dan semangat gotong royong untuk bangkit dan kuat,” paparnya.

Dalam hal pendidikan, pembelajaran diselenggarakan dalam konteks menggerakkan interaksi kampus dengan dunia kerja yang dilakukan dengan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Mahasiswa pun akan mempunyai pengalaman, wawasan, hard skill, dan soft skill yang lebih kuat.

Pembelajaran dalam jaringan (daring) juga memungkinkan mahasiswa untuk dapat mengambil mata kuliah lintas prodi dan lintas kampus. Mahasiswa juga dapat mengikuti kegiatan relawan mahasiswa dan proyek mandiri mahasiswa, serta melakukan riset terapan bersama dosen dan pengabdian kepada masyarakat.

“Beberapa hal yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah hal-hal yang dapat dilakukan dalam mengerjakan tridharma perguruan tinggi tidak berhenti meskipun adanya pandemi Covid-19. Inilah saatnya kita membuktikan Indonesia dapat berdaulat di dalam teknologi dan ilmu pengetahuan,” ucapnya.

Spada
Sejak perguruan tinggi melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ), tercatat sebanyak 98% yang sudah melakukan metode pembelajaran daring walau masih ada perguruan tinggi yang belum memiliki kapasitas untuk itu.

Untuk itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) menyiapkan platform Learning Management System (LMS) nasional dan Sistem Pembelajaran Daring (Spada) Indonesia untuk menjadi repositori bagi perguruan tinggi yang belum siap dengan modul pembelajaran daring.

“Saat ini, sebanyak 244 perguruan tinggi telah bergotong royong dan berbagi melalui Spada dengan lebih dari 3.000 modul pembelajaran yang bisa diakses oleh seluruh dosen dan mahasiswa,” kata Nizam.

Menurutnya, sejauh ini, perguruan tinggi menggunakan moda pembelajaran campuran antara asynchronous dan synchronous. Kendati demikian, untuk membantu meringankan mahasiswa melakukan pembelajaran daring, Nizam menjelaskan bahwa Ditjen Dikti telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan penyedia jasa internet untuk membebaskan biaya akses sumber belajar daring di perguruan tinggi.

Sementara itu, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Aris Junaidi menambahkan, Spada Indonesia memberikan peluang bagi mahasiswa dari satu perguruan tinggi tertentu untuk dapat mengikuti suatu mata kuliah dari perguruan tinggi lain yang hasil belajarnya diakui oleh perguruan tinggi tempat mahasiswa tersebut terdaftar.

Untuk saat ini, kata Aris, Spada Indonesia telah memiliki 179 provider, 210 partner, 23.093 mahasiswa, dan lebih dari 252 content sharing.

 

Sumber : Beritasatu.com

LEAVE A REPLY