DPP soal Kudeta Para Elite: Tak Ada SBY, Tak Ada Demokrat

0

Pelita.online – Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, menyebut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah alasan pembentukan partai berlambang Mercy itu, dan bukan tokoh lain.

Hal itu disampaikan merespons langkah sejumlah mantan elite Partai Demokrat yang masih     berupaya menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) untuk melengserkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum.

Salah satu mantan elite Partai Demokrat yang ingin mendorong penyelenggaraan KLB adalah Max Sopacua. Meski begitu, ia membantah langkah ingin mendorong penyelenggaraan KLB Partai Demokrat itu terkait dengan pengunduran dirinya dari Partai Emas pada pertengahan Februari 2021.
Herzaky pun merespons keinginan sejumlah mantan elite Partai Demokrat untuk menggelar KLB itu dengan menyatakan bahwa Demokrat merupakan partai palitik (parpol) tokoh yang dibuat untuk mendorong Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden RI.

Dia menegaskan, Demokrat tidak akan pernah ada bila tidak ada SBY.

“Demokrat itu partai tokoh. Dalam dinamika politik nasional pasca reformasi, Partai Demokrat dibuat untuk mendorong SBY jadi Presiden. Dengan kata lain, SBY adalah alasan pembentukan Partai Demokrat. Tak ada SBY, tak bakal ada Partai Demokrat di Indonesia,” kata Herzaky kepada wartawan, Selasa (23/2).

Baginya, mantan elite yang merasa bahwa Partai Demokrat besar karena mereka tengah menderita “cacat pikiran dan memandang sejarah secara anakronistik”.

Herzaky pun mengingatkan mantan elite Partai Demokrat yang pernah berjuang bersama SBY telah mendapatkan bagian masing-masing, mulai dari mendapatkan kursi menteri hingga menjadi anggota legislatif.

Elektabilitas

Selain itu, ia mengingatkan elektabilitas Partai Demokrat di Pemilu 2014 bisa saja terjun ke 3 persen bila tidak dipimpin oleh SBY. Sebab, sejumlah elite Demokrat melakukan kesalahan sebelum penyelenggaraan Pemilu 2014 yang mengakibatkan elektabilitas partai ambruk.

“Adalah figur SBY yang mampu menyelamatkan partai,” katanya.

“Kala itu SBY turun tangan, dan Demokrat mampu mendapat 10 persen. Turun, tapi tidak terlalu curam. Turun, tapi sebagian karena faktor SBY yang tidak dapat kembali dicalonkan menjadi presiden untuk ketiga kali,” ujar Herzaky.

Sebelumnya, pengamat politik dari Charta Politica Yunarto Wijaya menyebut Partai Demokrat merupakan kumpulan para fan SBY alias SBY fans club karena kuatnya ketokohan Presiden keenam RI itu.

“Pak sutan punya istilah lebih parah dari ‘Sby Fans Club’: ‘CV Cikeas’,” kicaunya pada 2013.

Meski demikian, ia menilai hampir semua partai sudah menjelma menjadi fans club, seperti Partai Gerindra, partainya Prabowo Subianto; dan PDIP, dengan ketokohan Megawati Soekarnoputri.

Diketahui, sejumlah politikus Partai Demokrat terjerat kasus korupsi saat masih berkuasa. Misalnya, Ketum Anas Urbaningrum, Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Angelina Sondakh, mendiang Sutan Bhatoegana, Bendum M. Nazaruddin, Menpora Andi Mallarengeng, hingga Menteri Pariwisata Jero Wacik.

Saat ini, Herzaky mengatakan Partai Demokrat mulai naik daun di bawah kepemimpinan AHY. Ia pun menyindir keinginan sejumlah mantan elite Partai Demokrat mengudeta AHY itu karena mendapatkan dukungan dari orang ‘lingkaran Istana Presiden.

Infografis Ketum Parpol Tersangka Korupsi. (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)
“Ini segelintir petualang politik sisa masa lalu dan mantan-mantan kader, mentang-mentang didukung oknum orang dekat Istana, mau mengadakan KLB, memangnya punya hak suara dari mana? Mungkin mau reunian aja kali, nyanyi-nyanyi sambil mengenang masa lalu,” ucapnya.

Sebelumnya, beberapa kader dan eks kader Partai Demokrat serta pejabat di lingkungan Istana disebut terlibat dalam upaya kudeta terhadap kepemimpinan AHY lewat jalur Kongres Luar Biasa. Misalnya, Jhoni Allen Marbun, Max Sopacua, hingga Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Moeldoko sendiri sudah membantah ada upaya kudeta meski mengakui bertemu beberapa kali dengan para kader Demokrat. Ia juga tak menolak jika ada yang mengusungnya di Pilpres 2024.

Mantan anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Max Sopacua, yang jadi salah satu kader yang dituding terlibat, juga membantah ada isu kudeta itu.

“Memang sudah terjadi kudeta ya? Kudeta ini terjadi di Myanmar, bukan di sini, di Demokrat. Orang bego saja yang bilang itu kudeta,” cetusnya, Selasa (2/2).

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY