Erwin Aksa Minta Pendukung Appi-Rahman Tak Ikut Demo Danny Fitnah JK

0

Pelita.online – Ketua Tim Pemenangan Appi-Rahman, Erwin Aksa mengimbau pendukung Appi-Rahman tidak ikut berunjuk rasa terkait kasus fitnah kepada Jusuf Kalla yang dilakukan Danny Pomanto. Meski gelombang amarah terus berdatangan, Erwin meminta agar pendukung Appi-Rahman untuk mempercayakan kasus fitnah Danny kepada JK ini ditangani pihak kepolisian.

“Disampaikan kepada seluruh tim pemenangan relawan dan simpatisan Appi-Rahman untuk tidak turut dalam aksi demonstrasi terkait fitnah Danny Pomanto terhadap JK. Kasus ini telah masuk dalam ranah hukum dan kita percayakan penegakannya kepada aparat penegak hukum. Terima kasih,” kata Erwin dalam keterangan tertulis, Minggu (6/12/2020).

Imbauan serupa juga disampaikan pihak keluarga besar JK melalui Solihin Kalla. Solihin mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak turun aksi.

“Mewakili keluarga, kami mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungan masyarakat untuk orang tua kami. Namun dengan tidak mengurangi rasa hormat, kami meminta masyarakat untuk tidak turun aksi,” tutur Solihin.

Alasannya, Solihin enggan aksi demo nantinya malah berujung pada berkumpulnya massa yang tidak terkontrol. Padahal, Indonesia masih dilanda pandemi COVID-19.

“Kita harus patuh dan mengikuti protokol pencegahan COVID-19. Karena kesehatan kita yang utama,” lanjutnya.

Lebih lanjut, putra JK itu mengatakan masih ada jalan lain agar fitnah terhadap orang tuanya bisa diselesaikan. Caranya yakni melalui proses hukum yang sudah dilaporkan ke Polda Sulsel.

“Mohon doa dan dukungan dari masyarakat Makassar agar kasus ini cepat terselesaikan,” tukasnya.

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, beredar video dan disertai rekaman suara diduga suara Danny Pomanto menuding mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla sebagai otak dibalik penangkapan Edhy Prabowo atas kasus korupsi impor benih lobster. Rekaman yang diduga suara Danny Pomanto itu menyinggung sejumlah tokoh-tokoh besar di negeri ini.

Sebut saja Wakil Presiden ke 10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK), Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Mantan Menteri KKP Edhy Prabowo, penyidik senior KPK Novel Baswedan hingga pentolan FPI Habib Rizieq Shihab (HRS).

Percakapan itu awalnya menyinggung peristiwa tangkap tangan Menteri KKP Edhy Prabowo di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, oleh KPK yang dikomandoi Novel Baswedan. Setelahnya, suara yang diduga Danny Pomanto itu menyimpulkan penangkapan yang dipimpin Novel Baswedan itu erat kaitannya dengan JK dan Anies Baswedan.

“Kalau urusannya Edhy Prabowo ini, kalau Novel (Baswedan) yang tangkap berarti JK (Jusuf Kalla) – Anies Baswedan. Maksudnya kontrolnya di JK,” ucap pria yang diduga Danny dalam rekaman.

Percakapan itu mengalir lebih dalam hingga menyinggung para penguasa negeri ini. Menurut suara yang diduga Danny, JK secara tersirat telah menyerang Prabowo. Serta membenturkannya dengan Presiden Jokowi. Pasalnya, Prabowo yang merupakan Ketum Gerindra dan Edhy sebagai Waketum Gerindra disebut telah mengkhianati kepercayaan presiden.

“Artinya dia sudah menyerang Prabowo. Yang kedua nanti seolah-olah Pak Jokowi yang suruh, akhirnya Prabowo dan Jokowi baku tabrak. Ini kan politik,” tuturnya lagi.

Menurutnya, dengan ramainya pemberitaan terkait penangkapan Edhy selepas lawatannya dari Amerika dalam kasus suap benih lobster, isu JK merupakan aktor di balik kepulangan Rizieq Shihab pun perlahan menguap.

“Kemudian mengalihkan (isu) Habib Rizieq. Ini mau digeser JK dan Habib Rizieq. Karena JK yang paling diuntungkan dengan tertangkapnya Edhy Prabowo. Coba siapa yang paling diuntungkan. JK lagi dihantam, beralih ke Edhy Prabowo kan,” sebutnya dalam rekaman itu.

“Kemudian Prabowo yang turun karena dianggap bahwa korupsi pale di sini, calon presiden to. Berarti Anies dan JK yang diuntungkan. Kemudian (Prabowo) mengkhianati Jokowi. Jadi yang paling untung ini JK. Begitu memang chaplin. Jago memang mainnya. Tapi kalau kita hapal, apa yang dia mau main ini,” imbuh rekaman tersebut.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY