Hasilnya Lebih Bersih dan Higienis, Begini Cara Bertani dengan Sistem Hidroponik

0
Warga melihat tanaman sawi yang ditanam dengan sistem hidroponik di Desa Jalmak, Pamekasan, Jawa Timur, Minggu (2/8/2020). Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik menjadi alternatif bagi petani dengan lahan sempit dengan masa tanam hingga panen yang relatif lebih cepat dengan harga jual yang lebih tinggi dibanding dengan sistem tanam konvensional. ANTARA FOTO/Saiful Bahri/aww.

Pelita.online – Kegiatan penanaman dengan sistem hidroponik sedang menjamur beberapa tahun belakangan. Sebab belakangan, lahan tanam semakin sempit, karena banyaknya perumahan dan industri. Untuk itu, hidroponik menjadi solusi yang tepat, karena kegiatan penanaman bisa dilakukan di rumah.

Petani hidroponik sekaligus owner dari Kebun Sayurku Hidroponik, Indra Karyanto m engatakkan selain bisa diterapkan pada lahan tanam yang sempit, sistem penanaman dengan hidroponik membuat para petani menjadi hemat air. Hidroponik bisa dilakukan di mana saja, termasuk di terasan, di atas genteng, di daerah pegunungan, atau bahkan di dataran rendah yang suhunya cukup ekstrem.

“Hidroponik juga tak bergantung dengan musim, bisa terhindar dari segala sumber penyakit yang berasal dari tanah, sehingga lebih bersih dan higienis. Di samping itu, pemeliharaan lebih mudah dan masa tanam lebih cepat,” pungkas Indra dalam acara Kagama Kelas Inspirasi (KKI) ke-33, bertajuk Hidropnik Itu Mudah, yang digelar oleh Pengurus Pusat Kagama secara daring, pada Sabtu (19/9/2020).

Perlu diketahui juga, akan tetap ada hama yang menyerang tanaman hidroponik meskipun tidak sering. Indra menuturkan bahwa, masyarakat bisa gunakan pestisida secukupnya dan sesuai kondisi. Prioritaskan untuk menggunakan pestisida nabati daripada pestisida kimia.

Jika penanaman hidroponik dikembangkan dalam bentuk green house, barangkali bisa mengurangi potensi hama yang datang. Namun, bila tidak berarti masyarakat harus lebih pandai mengendalikan.

Terkait pemeriksaan nutrisi dan pH di tandon, khusus hidroponik menggenang, masyarakat bisa memeriksanya satu kali setiap hari. Sedangkan hidroponik dengan sistem NFT sirkulasi 24 jam non stop, maka pemeriksaan nutrisi dilakukan dua kali dalam satu hari yakni, pagi dan sore.

Dibandingkan dengan sistem penanaman konvensional, masyarakat pastinya akan bekerja secara bersih, karena semua dalam keadaan steril. Selain itu, lebih efisien karena pemberian nutrisi langsung ke perakaran dan sudah sesuai dengan kebutuhan tanaman, serta bebas dari gulma.

“Tanaman akan jarang terkena hama dan penyakit, pertumbuhan tanaman lebih terkontrol, hasil panen dari tanaman hidroponik memiliki kualitas lebih tinggi. Lalu yang jelas, lebih bersih karena teraliri air setiap hari, biasanya hasil panen kalau dimakan lebih renyah dan sehat,”pungkas pria asal Sukoharjo, Jawa Tengah ini.

Hampir semua jenis tanaman bisa dibudidayakan dengan hidroponik, mulai dari sayuran, herbal, buah, hingga tanaman hias. Pemilihan tanaman untuk hidroponik biasanya mempertimbangkan nilai kebutuhan dan ekonomis.

Sistem hidroponik yang berkembang saat ini ada enam jenis, antara lain wick system, NFT system, floating raft, drip system, EB dan flow system, serta aeroponics. Wick system atau sistem sumbu yang menggunakan kain flanel untuk serapan air bernutrisi dan ditata menuju ke perakaran tanaman.

“Ini merupakan sistem hidroponik yang paling sederhana. Biasanya memanfaatkan bahan-bahan tak terpakai, seperti otol air mineral, stirofom, dan sejenisnya,”ujar alumnus jurusan Teknik Geodesi UGM angkatan 2001 ini.

Kemudian ada NFT system, dengan cara ini tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi, sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen. Indra mengatakan, sistem ini cocok diterapkan di wilayah dataran rendah.

Selanjutnya, floating raft system, yang dilakukan dengan membuat bak berbentuk kotak berisi air bernutrisi yang sudah disesuaikan. Lalu menggunakan stirofom tebal yang sudah dilubangi sebagai media tanam. Indra menyarankan, agar petani juga menggunakan airator, yang berfungsi untuk memberikan oksigen ke perakarannya.

Sementara drip system, penanaman hidroponik dilakukan dengan cara meneteskan air dari pompa atau tandon, kemudian dialirkan ke semua tanaman dengan durasi waktu tertentu. Pada umumnya, sistem ini dipakai untuk hidroponik tanaman buah.

EB dan flow system, dikenal sebagai sistem pasang surut. Indra menegaskan, sistem ini tidak banyak dipakai dalam kegiatan penanaman hidroponik di Indonesia. Digambarkan oleh Indra, EB dan flow system mirip dengan sistem toilet duduk, akan ada sensor ketika air habis dan kemudian air akan mengisi sendiri.

Terakhir, aeroponic system yaitu, system hidroponik dengan pengkabutan menggunakan sprayer untuk memberikan efek kabut pada tanaman. Aeroponic system biasanya digunakan untuk tanaman umbi-umbian. Buah dan akar-akarnya akan bersih, serta terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

Media tanam untuk hidroponik kata Indra, menggunakan media organik dan anorganik. Media organik bisa berasal dari arang, sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, dan akar pakis. Sedangkan media anorganik, petani bisa gunakan rockwool, hidroton, kerikil, dan pasir. Rockwool paling sering digunakan.

“Alat-alat untuk hidroponik bisa memanfaatkan barang-barang di sekitar kita, seperti pot bisa diganti dengan gelas air, kain flanel atau kain sumbu, selang. Air yang digunakan seharusnya mengandung nutrisi dan pH yang telah disesuaikan. Nutrisi air sebaiknya mengandung beberapa unsur bahan kimia padat. Lalu alat ukurnya yakni, pH meter dan PBS meter, dripper untuk irigasi tetes,” tuturpria kelahiran 1982 ini.

Potong rockwool hingga berukuran 2,5 x 2,5 cm dengan gergaji besi, kemudian dibasahi hingga lembab. Setelah itu, lubangi bagian tenagh rockwool dengan tusuk gigi atau lidi. Lalu masukkan benih ke dalam lubang tersebut. Jumlah benih tergantung karakter tanaman.

“Esok harinya silahkan dicek, benih sudah pecah atau belum. Setelah benih pecah, kemudian jemur tanaman di bawah matahari. Pastikan rockwool tetap lembab, tetapi jangan sampai becek jika diberi air. Perhatikan pertumbuhan bagian lain, seperti daun dan tinggi tanaman. Bila sudah berusia 10-14 hari, berarti sudah siap pindah ke sistem-sistem hidroponik tersebut,” ungkapnya.

Dalam masa persemaian, biasanya air tidak perlu menggunakan nutrisi lagi. Selanjutnya di tahap penanaman, siapkan nutrisi AB mix sebanyak 1 liter air baku. Jika campuran standar 5 ml a dan 5 ml b untuk setiap 1 liter. Baru kemudian pindah tanam menggunakan kain flanel.

“Perhatikan kebutuhan nutrisi dan pH air. Untuk hidroponik, pH air di angka 5-6. Selama pertumbuhan, tanaman membutuhkan sinar matahari. Masa panen biasanya berlangsung 30-40 hari,” jelasnya.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY