Kabut Asap di Sumsel Berpotensi Makin Pekat pada 22-24 Oktober

0

Pelita.online – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kini masih terjadi di beberapa daerah di Sumatera Selatan. Dalam catatan BMKG, intensitas kabut asap berpotensi meningkat selama 22-24 Oktober.

Berdasarkan catatan di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, angin umumnya terjadi dari Timur-Tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot atau 9-37 Km/jam. Hal Ini megakibatkan potensi masuknya asap ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.

“Sumber dari LAPAN, hari ini tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah Tenggara Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80%, berkontribusi asap ke wilayah Palembang yakni pada wilayah Banyuasin, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Cengal, Lempung dan Pematang Panggang,” terang Kasi Observasi dan Informasi BMKG bandara SMB II Palembang, Bambang Beni, Senin (21/10/2019).

Intensitas asap umumnya meningkat pada pagi hari pukul 04.00-08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-20.00 WIB dikarenakan labilitas udara yang stabil pada waktu-waktu tersebut. Fenomena asap diindikasikan dengan kelembapan rendah dengan partikel-partikel kering di udara.

Tidak hanya itu,, fenomena ini juga dapat mengurangi jarak pandang serta beraroma khas, perih di mata dan dapat mengganggu pernafasan. Termasuk potensi adanya campuran kelembapan yang tinggi dan membentuk fenomena kabut asap.

“Jarak pandang terendah pada pagi hari tanggal berkisar 600-900 meter dari jam 06.00-07.30 WIB. Kelembapan pada saat itu 91-90% dengan keadaan cuaca asap,” katanya.

Sementara secara lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumatera Selatan dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai. Selanjutnya untuk pertumbuhan awan dan berdataran tinggi, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis hingga berpotensi petir disertai angin kencang.

Kondisi asap ini masih tetap berpotensi terjadi di wilayah-wilayah yang memiliki jumlah titik panas yang signifikan belum terpapar hujan yang cukup mengingat luas dan dalam lahan gambut terbakar. Hujan Sistem Konvektif berskala Meso diyakini dapat memadamkan titik-titik panas karhutla dikarenakan hujan yang diakibatkanya berlangsung lama malam hingga pagi hari.

“Adanya Badai Tropis Neoguri dan Bualoi di Samudera Hindia akan mengakibatkan adanya penarikan massa udara ke pusat badai tropis. Hal ini bisa mengakibatkan adanya potensi penurunan intensitas hujan selama 3 hari ke depan di 22-24 Oktober di wilayah Sumsel berpotensi peningkatan intensitas asap,” katanya.
“Kami menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati saat bertransportasi pada pagi dan sore hari. Hal ini seiring potensi adanya partikel udara kering di udara dan menurunnya jarak pandang,” tutup Bambang.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY