Kantong Bolong NHS Hadapi Corona Dibalik Pujian Boris Johnson

0

Pelita.online – Perdana Menteri Boris Johnson melemparkan pujian kepada Kementerian Kesehatan Inggris, karena jasanya menanggulangi penyebaran virus corona. Bahkan, Johnson menganggap Layanan kesehatan Inggris atau dikenal NHS sebagai ‘detak jantung’ Inggris.

Politikus Partai Konservatif itu juga sangat berterima kasih kepada NHS dan petugas kesehatan yang telah menyelamatkan dirinya setelah divonis terinfeksi covid-19 dan dirawat di ICU beberapa waktu lalu.

Berdasarkan data John Hopkins University, Inggris tercatat memiliki 115.314 kasus corona dengan 15.498 pasien meninggal hingga Minggu (19/4).

Tak hanya penghargaan dari pemerintah, jutaan warga di seluruh negeri turun ke jalanan setiap pekan untuk memberikan tepuk tangan sebagai bentuk rasa terima kasih terhadap seluruh petugas kesehatan yang telah berjibaku menangani lonjakan kasus virus corona di Inggris. Namun, pada saat bersamaan, para dokter dan perawat di Inggris juga ternyata masih dihadapkan dengan ancaman tertular corona lantaran peralatan pelindung medis yang kurang memadai.

Bahkan, petugas kesehatan Inggris juga disebut tak memiliki pasokan alat pemeriksaan covid-19 yang cukup untuk melakukan tes di seluruh negeri.

Sejumlah ahli kesehatan menilai fasilitas kesehatan yang minim ini terjadi akibat NHS mengalami kekurangan modal selama satu dekade terakhir, terutama sejak krisis keuangan global 2010 silam.

“NHS diketahui telah mengalami krisis pendanaan sejak 2010. Pengeluaran NHS adalah 7,6 persen dari GDP Inggris, yang kira-kira jumlah itu sama dengan anggaran tahun 2012 lalu,” terang Profesor Kebijakan Kesehatan London School of Economics Elias Mossialos kepada AFP.

Mossialos mengatakan minimnya suntikan dana bagi NHS berimbas pada kesiapan dan kesiagaan layanan kesehatan Inggris dalam menangani penyebaran corona.

Dalam kampanye-nya menjelang pemilihan umum Desember 2019 lalu, Johnson dan partainya berjanji akan mengerek anggaran NHS sebesar 34 miliar poundsterling atau setara Rp659,3 triliun.

Kenaikan itu akan dilakukan bertahap selama empat tahun hingga 2024 mendatang. Namun, inflasi Inggris menjadikan kenaikan anggaran sebesar itu tetap kecil bagi NHS.

Minim Staf Medis

Menurut para ahli, salah satu kendala utama sektor kesehatan Inggris juga terletak pada jumlah staf medis yang tidak memadai.

Pemerintahan Johnson menjanjikan 50 ribu perawat dan 6.000 dokter tambahan melalui sistem perekrutan dan retensi yang lebih baik. NHS juga kini tengah membuka 100 ribu lowongan kerja.

Di tengah pandemi corona ini, Pemerintah Inggris bahkan disebut telah meminta dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk kembali bekerja dan membantu rumah sakit yang kewalahan dengan pasien.

Padahal, para pensiunan dokter dan perawat itu sebagian besar berusia lansia dan masuk dalam kategori rentan tertular corona.

“Dalam hal jumlah perawat, Inggris adalah satu dari sedikit negara OECD yang memiliki jumlah perawat yang terus menurun,” kata Franco Sassi, Profesor Kebijakan Kesehatan Internasional Imperial College London.

Ahli menganggap sebagian besar petugas medis di Inggris telah dibiarkan kelelahan dalam menangani lonjakan pasien corona. Beberapa operasi juga dinilai tertunda lantaran banyak tenaga medis diprioritaskan dikerahkan untuk menangani pasien covid-19.

“Kami akan melihat efeknya di sisi lain dari pandemi ini. Anda memiliki tenaga kesehatan yang kelelahan,” tutur Fiona Johnson, juru bicara lembaga think thank bidang kesehatan Nuffield Trust.

Selain menambah staf medis, Inggris pun berencana membangun sejumlah rumah sakit baru setelah dinilai menghadapi kekurangan fasilitas kesehatan.
Data OECD memaparkan bahwa Inggris hanya memiliki 2,5 tempat tidur pasien per 1.000 warganya.

Awal April ini, Inggris baru meresmikan sebuah rumah sakit sementara di Nightingale, London, dengan kapasitas 4.000 orang untuk merawat pasien corona dengan gejala parah.

 

Sumber : Cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY