Kisah Hari, Urus 3 Adik Usai Ayah-Ibu Tewas Dipatuk Ular

0

Pelita.online –  Heri Misbahudin (18), remaja asal Kampung Pasir Kampung, RT 4 RW 1, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terpaksa harus mengurus tiga adiknya. Mereka yatim-piatu. Kedua orang tuanya tewas akibat dipatuk ular liar dalam waktu yang berbeda.

Setahun silam, Maksum (40), ayah mereka, nyawanya tak terselamatkan setelah dipatuk ular welang. Tragedi serupa dialami Nuryani (38), ibu tiga anak tersebut, meninggal karena dipatuk ular berbeda jenis yang sama, Sabtu (12/10). Kedua kejadian itu ular masuk lewat sela lubang tembok rumah tak layak huni yang mereka tempati.

“Ibu habis salat malam, tiba-tiba teriak katanya jari manisnya dipatuk ular,” ucap Heri lirih saat ditemui detikcom di kediaman Abah Onih, kakek angkatnya, Kamis (17/10/2019).

Heri tidak menyangka, patukan ular itu mengakhiri nyawa ibunnya. Ia mengaku khawatir dengan kondisi sang ibu lantaran nyawa ayahnya tak tertolong akibat insiden serupa.

“Ibu hanya periksa lalu dikasih obat. Enggak sempat rawat inap. Pagi-pagi meninggal,” ucapnya.

Pascakejadian tersebut, kini Heri mengurusi tiga adiknya yaitu Riky Jumansyah (8), Randi Nafisa (5), dan Ramdan Fadilah (2). Kesedihan melekat di benak mereka karena harus kehilangan kedua orang tua tercinta. Namun Heri tak mau larut dalam kesedihan demi adik-adiknya.

Heri punya kerabat dari ayah dan ibunya. Namun kondisi ekonomi yang juga tidak lebih baik, membuat Heri tinggal di kediaman Abah Onih yang hanya berjarak sekitar 30 meter dari kediamannya.

Kondisi rumah yang tidak layak huni itu membuat Heri dan ketiga adiknya untuk sementara tinggal di kediaman tetangga. “Untuk sementara mereka di sini dengan saya, karena kondisi rumahnya tidak bisa ditinggali. Mau dibedah sama Karang Taruna dan warga,” ujar Abah Onih.

Menurut Abah Onih, ular yang mematuk Nuryani hingga tewas berkulit belang hitam dan putih. “Kalau warga di sini menyebutnya ular welang, memang berbisa. Dulu ada dua ekor, yang satu mati sama warga (setelah mematuk ayah Heri). Tersisa satu lagi,” tuturnya.

Ular liar itu diduga berasal dari tebing yang tidak jauh dari perkampungan padat penduduk tersebut. “Ada satu lagi yang ukuran panjangnya lumayan. Sekitar dua meteran. Warga pernah berburu, tapi tidak ketemu,” ucap abah Onih.

Malam saat Nuryani kena patukan ular, Abah Onih bercerita bahwa Nuryani sempat datang ke rumahnya. Efek bisa ular diduga saat itu sudah menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Wajah sudah lebam-lebam, almarhumah juga sempat bilang penglihatannya mendadak buram. Saat itu kami antar dia periksa, dikasih obat tapi enggak masuk hanya sampai tenggorokan,” cerita Abah Onih.

Karena obat tidak masuk, saat itu Nuryani memilih untuk istirahat. Pagi harinya ia meninggal.

“Ketahuan pagi, wajah dan sebagian tubuhnya lebam-lebam,” kata Abah Onih.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY