Kisah Muram Bukalapak Sebelum Ditinggal Ahmad Zaky

0

Pelita.online – Perusahaan ecommerce Bukalapak hari ini mengumumkan penggantian pucuk pimpinan Bukalapak Ahmad Zaky. Pendiri Bukalapak itu resmi digantikan oleh Rachmat Kaimuddin yang kini menjabat sebagai CEO.

Meski tidak menjabat sebagai Bos Bukalapak, Zaky disebut bakal mendirikan Yayasan Ahmad Zaky, mendirikan pendidikan startup teknologi Tech Startup Mentor, dan tetap menjadi Penasihat dan Pendiri Bukalapak.

Dalam siaran persnya, Bukalapak menyebut tujuan penggantian pimpinan ini merupakan bagian dari strategi Bukalapak memasuk dekade ke dua. Setelah lewat 10 tahun, dekade berikutnya Bukalapak berniat untuk mulai menghasilkan profit dan menjaga keberlangsungan perusahaan.
Berikut sejumlah kisah muram Bukalapak hingga akhirnya Ahmad Zaky turun dari jabatan pimpinan Bukalapak.

1. Kasus cuitan dana riset Presiden Jokowi

Ahmad Zaky sempat melontarkan cuitan di akun Twitter pribadinya terkait minimnya dana riset pemerintah menuju Industri 4.0
pada 14 Februari lalu. Cuitan ini saat itu dilontarkan bersamaan dengan masa kampanye Pilpres 2014.

Dia mengkritik pendanaan riset dan pengembangan untuk industri 4.0 di Indonesia yang hanya mencapai US$2 miliar. Zaky menyatakan dana itu jauh lebih rendah dibandingkan negara lain macam Singapura dan Malaysia masing-masing US$10 miliar, atau AS yang mencapai US$511 miliar.

“Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. US 511B 2. China 451 B 3. Jepang 165B 4. Jerman 118B 5. Korea 91B 11. Taiwan 33B 14. Australia 23B 24 Malaysia 10B 25. Spore 10B 43. Indonesia 2B. Mudah2an presiden baru bisa naikin,” cuit Zaky.
Sontak, netizen pendukung Jokowi menghujat cuitan Zaky dan menggerakkan tagar #UninstallBukalapak. Akibat kecaman itu, dia pun buru-buru meminta maaf.

Dalam klarifikasinya, dia menegaskan bahwa dukungan pemerintah sekarang ini sudah memberikan semangat untuk industri 4.0. Dalam hal ini, Zaky meminta maaf jika ada pihak-pihak yang salah mempersepsikan cuitan sebelumnya.

“Buat pendukung Pak Jokowi, mohon maaf jika ada yg kurang sesuai kata2 saya jadi misperception. Saya kenal Pak Jokowi orang baik. Bahkan sudah saya anggap seperti Ayah sendiri (sama2 orang solo). Kemarin juga hadir di HUT kami. Tidak ada niat buruk tentunya dari tweet saya,” katanya.

Akibat kasus ini, pria kelahiran 24 Agustus 1986 itu pun menghadap Presiden Joko Widodo ke Istana Merdeka Jakarta untuk menjawab kritikan soal dana riset.

Dalam pertemuan pada 16 Februari itu, Presiden menyebut pemerintah menggelontorkan anggaran cukup besar untuk research and development (R&D). Pada 2019, dana ini sebesar Rp26 triliun.

2. Situs Bukalapak kabarnya diretas

Sebulan kemudian, situs Bukalapak disebut-sebut dibobol peretas Pakistan, Gnosticplayers. Peretas mengklaim telah meretas puluhan situs web populer termasuk salah satunya Bukalapak.

Gnosticplayers mengungkapkan ada 13 juta akun Bukalapak yang telah diretas dan dijual di Dream Market, sebuah situs jual beli di dark web.

Namun, Bukalapak membantah klaim tersebut. Saat itu, Head of Corporate Communication Intan Wibisono memastikan tidak ada data penting pengguna yang berhasil didapatkan peretas.

“Memang ada upaya untuk meretas Bukalapak beberapa waktu lalu, namun tidak ada data penting seperti password, finansial, atau informasi pribadi lainnya yang berhasil didapatkan,” jelas Intan.

Pengguna Bukalapak pun diimbau untuk mengganti kata sandi (password) secara berkala mengaktifkan Two-Factor Authentication (TFA) untuk mencegah penyalahgunaan data penting dari perangkat yang tidak dikenali.
3. Pemangkasan karyawan

Tak sampai di situ, pada 10 September Bukalapak memangkas sejumlah karyawan mereka. Menurut Head of Corporate Communication Intan Wibisono mengungkap perusahaannya sedang menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa.

“Bukalapak sudah tumbuh sebesar dan secepat ini dalam kurun waktu singkat. Di skala perusahaan seperti ini tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (10/9).

Dia menambahkan visi perusahaan untuk tumbuh sebagai e-commerce yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Sehingga, Intan mengungkap pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) menjadi ukuran penting untuk e-commerce apapun.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY