Mengintip Kinerja Keuangan Telkom yang Disentil Erick Thohir

0

Pelita.online – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyindir kinerja PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau Telkom pada Rabu, (13/2). Dia meminta Telkom untuk mengubah kinerja perusahaan.

Perubahan katanya, perlu dilakukan jika tak ingin tertinggal akibat disrupsi teknologi yang tak mungkin dihentikan di era bisnis saat ini.

Dalam menjalankan bisnisnya, Erick meminta Telkom untuk tidak bergantung pada pendapatan PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Maklum, selama ini 70 persen pendapatan Telkom berasal dari dividen dan laba Telkomsel.

“Mendingan enggak ada Telkom. Langsung aja (Telkomsel) dimiliki Kementerian BUMN. Dividennya jelas. Karena itu, kami berharap ke depannya Telkom berubah,” ujarnya. Sentilan Erick memang dapat dimaklumi. Dalam lima tahun terakhir, kinerja keuangan Telkom memang cenderung melambat.

Pada 2015, 2016, dan 2017 pertumbuhan laba dan pendapatan masih positif hingga dua digit. Namun, pertumbuhan pendapatan jatuh ke satu digit pada 2018. Laba pun tercatat negatif.

CNNIndonesia.com merangkum kinerja keuangan perusahaan pelat merah itu dalam lima tahun terakhir.

Pada 2015, Telkom meraih kenaikan laba dari Rp14,47 triliun di 2014 menjadi Rp15,48 triliun atau tumbuh 6,97 persen . Laba bersih ini ditopang oleh kenaikan pendapatan.

Tercatat pendapatan Telkom naik sebesar 14,24 persen dari Rp89,69 triliun di 2014 menjadi Rp102,47 triliun di 2015.

Tetapi perseroan juga mencatatkan tambahan utang sebesar 23,24 persen dari Rp55,83 triliun menjadi Rp72,74 triliun pada 2015. Sementara untuk arus kas operasional, pada 2015 terjadi kenaikan sebesar 15,71 persen dari Rp 37,73 triliun menjadi Rp43,66 triliun dengan perbandingan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan juga terjadi pada aset perusahaan sebesar 17,16 persen dari Rp141.822 triliun menjadi Rp166,17 triliun.

Pertumbuhan dua digit masih terjadi pada 2016 meski mulai tak merata. Pada tahun tersebut, laba Telkom naik di kisaran 25 persen dari Rp15,48 triliun di 2015 menjadi Rp19,35 triliun. Perusahaan juga mencatatkan lonjakan pendapatan sebesar 13,52 persen dari Rp102,47 triliun di 2015 menjadi Rp116,33.

Selain pendapatan, perseroan juga mencatat kenaikan utang 1,81 persen dari Rp72,74 triliun ke Rp74,06 sepanjang 2015 hingga 2016. Kenaikan berimbang dengan arus kas operasional 2016 yang menunjukkan perkembangan sebesar 8,17 persen dari Rp43,66 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp47,23 triliun.

Aset perusahaan tumbuh melambat di single digit 8,08 persen dari Rp166,17 triliun per Desember 2015 ke Rp179,61 triliun pada Desember 2016. Perlambatan pertumbuhan kinerja perusahaan plat merah kembali terjadi pada 2017.

Bahkan, persentase kenaikan utang menjadi yang terbesar. Laba perseroan tumbuh di kisaran 14,41 persen dari Rp19,35 triliun di 2016 menjadi Rp22,14 triliun di 2017. Meski melambat dari tahun sebelumnya namun, pada 2017 Telkom masih mencetak pendapatan sebesar 10,24 persen atau dari Rp116,33 triliun ke Rp128,25 triliun.

Kenaikan paling signifikan terjadi pada utang sebesar 16,59 persen menjadi Rp86,35 triliun dari tahun 2016 sebesar Rp74,06 triliun. Untuk arus kas operasional, kenaikan terjadi 4,59 persen dari Rp47,23 triliun ke Rp49,4 triliun. Aset perusahaan berhasil tumbuh dua digit di kisaran 10,50 persen dari Rp179.61 triliun di 2016 ke Rp198,48 triliun pada 2017.

Pada 2018, laba perusahaan berkode emiten TLKM tersebut tercatat terjun bebas 18,56 persen dari raupan sebesar Rp22,14 triliun pada 2017 menjadi Rp18,03. Namun pendapatan perusahaan masih menyentuh angka positif.

Porsi pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika yang mencapai 59 persen menopang kinerja perusahaan. Tercatat, pendapatan perusahaan naik dari Rp128,25 triliun ke Rp130,78 triliun atau sebesar 1,97 persen. Utang perusahaan naik tipis 2,94 persen dari Rp86,35 triliun di 2017 menjadi Rp88,89 triliun di 2018.

Sementara, arus kas operasional turun 7,55 persen dari Rp49.40 triliun pada 2017 menjadi Rp45,67 triliun pada 2018. Pertumbuhan aset turun dari tahun sebelumnya menjadi 3,88 persen dari Rp198,48 triliun pada 2017 menjadi Rp206,19 triliun pada 2018.

Lebih lanjut, laba perusahaan blue chip tersebut naik sebesar 15,6 persen dari Rp14.23 triliun pada kuartal IV 2018 menjadi Rp16,45 triliun pada kuartal III 2019. Perseroan mencatatkan kenaikan tipis pada pendapatan di kuartal III 2019 sebesar 3,45 persen dari Rp99,20 triliun pada kuartal IV 2018 menjadi Rp102,63 triliun.

Tren lonjakan utang masih terjadi pada 2019, seperti kenaikan utang kuartal IV 2018 sebesar Rp88,89 triliun menjadi Rp98,54 triliun pada kuartal III 2019, atau naik 10,85 persen. Arus kas operasional mengalami pertumbuhan sebesar 35,24 persen seperti tercatat pada kuartal IV 2018 sebesar Rp28,29 triliun menjadi Rp38,26 triliun pada kuartal IV 2019. Aset perusahaan naik tipis sebesar 4,26 persen dari Rp206,19 triliun pada kuartal IV 2018 menjadi Rp214,99 triliun pada kuartal III 2019.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY