Miss Myanmar Serukan Gerakan Anti-Kudeta di Kontes Kecantikan

0

Pelita.online – Model asal Myanmar, Han Lay, menyerukan pemberontakan sipil terhadap junta militer saat berpidato di kontes kecantikan Miss Grand Internasional yang digelar di Thailand pada Jumat (2/4).

Perempuan 22 tahun itu menjadi perwakilan Myanmar dalam kontes kecantikan tersebut. Meski tidak menang, Han Lay menjadi salah satu kontestan paling dikenal lantaran pidato emosionalnya terkait kekerasan yang tengah terjadi di negaranya     sejak kudeta 1 Februari berlangsung.

Dalam pidatonya, Han Lay menyerukan ‘bantuan internasional’ untuk negaranya setelah hari paling berdarah di Myanmar pada Sabtu pekan lalu terjadi, di mana 114 orang tewas akibat bentrokan pedemo dan aparat keamanan.
Han Lay menegaskan, rekan-rekan seperjuangannya di Myanmar tidak akan mundur dari gerakan anti-kudeta.

“Saya hanya bisa berkata, warga Myanmar tidak akan pernah menyerah. Mereka mengatakan pada saya bahwa mereka akan terus berjuang di jalanan dan saya pun tetap berjuang dengan cara saya sendiri melalui panggung ini,” kata Han Lay.

“Saya pikir jika kita tidak menyerah, kita akan menang,” paparnya menambahkan.

Dikutip Reuters, setidaknya lebih dari 550 orang tewas sejak kudeta berlangsung. Demonstrasi anti-junta militer terus meluas dan aparat keamanan pun semakin brutal menghadapi demonstran.

Sebagian besar korban tewas dari kekerasan aparat adalah pemuda yang lahir sekitar tahun 2000-an.

Han Lay mengatakan, saat berpidato, ia tak sanggup menahan emosinya, terutama kesedihan mengingat ratusan warga yang tewas akibat kekerasan aparat.

“Saya mengendalikan perasaan saya saat itu karena saya perlu berbicara selama dua atau tiga menit kepada seluruh dunia,” katanya.

“Saya perlu berbicara. Saya banyak menangis dan juga sepanjang malam ketika saya kembali ke kamar saya, saya banyak menangis. Sampai sekarang ketika saya berbicara tentang Myanmar saya juga banyak menangis.”

Han Lay mengaku bahwa dia tidak dapat fokus menjalani kompetisi dan merasa bersalah tentang orang-orang yang menderita di kampung halaman.

“Ratu kecantikan perlu tersenyum setiap saat, perlu terhubung dengan setiap orang, secara pribadi,” ujar Han Lay.

“Saya tidak bisa bahagia di sini karena [selama] saya melakukan aktivitas sehari-hari di sini, banyak sekali orang yang meninggal di Myanmar,” ucapnya menambahkan.

Pemberontakan yang dilakukan Han Lay dalam pidatonya itu secara langsung memposisikan dirinya dalam bahaya dari junta militer.

Pendiri kompetisi Miss Grand International, Nawat Itsaragrisil, mengatakan bahwa keputusan Han Lay untuk menentang junta berarti dia harus tinggal di luar negeri.

“Jika dia [akan] kembali ke Myanmar sekarang, dia tidak akan kembali ke rumah, dia akan masuk penjara,” katanya.

Sumber : Cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY