Paparan Kabut Asap Kurangi Kecerdasan Pada Anak

0

Pelita.online – Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menutupi wilayah Sumatera dan Kalimantan kini masuk dalam kategori darurat. Seorang bayi berusia empat bulan meninggal dunia karena menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (15/9). Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) diduga menjadi penyebab.

Di Riau, seorang ibu bernama Rahma (40) cemas akibat remaja laki-lakinya alami demam tinggi saat kabut asap kian pekat dari hari ke hari. Anaknya yang berusia 5 tahun juga mengalami ISPA dengan kondisi hidung berair, mata merah, dan radang tenggorokan, lapor Antara pada Minggu (15/9).

Sang ibu mengaku bingung harus berbuat apa saat asap karhutla terus menerobos masuk ke kamarnya melalui celah-celah pintu dan jendela. Untuk membeli alat pembersih udara, ia juga tak mampu karena suaminya hanya bekerja sebagai tenaga honorer. Pengalaman sama yang kini juga dialami banyak warga di Sumatera maupun Kalimantan.

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan tingkat indeks standar pencemaran udara (ISPU) pada 13 September di Pekanbaru mencapai 353 atau berbahaya. Kabut asap sudah melanda Pekanbaru sejak satu bulan terakhir, namun dalam beberapa hari belakangan sudah masuk dalam kategori memprihatinkan.

Agar paparan kabut asap tak semakin memperburuk kondisi kesehatan anak usia sekolah, Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru sudah meliburkan kegiatan belajar mengajar. Langkah itu juga disusul oleh sejumlah dinas pendidikan lainnya di Provinsi Riau.

Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan adanya kabut asap telah merampas sejumlah hak anak dan mengganggu tumbuh kembang anak.

“Pemerintah harus mengambil langkah tegas dan menindak pelaku, karena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan telah menyebabkan tumbuh anak terganggu dan juga merampas hak anak untuk belajar, bermain, hingga untuk sehat,” kata dia.

Turunkan kecerdasan anak

Dokter spesialis anak, Tubagus Rahmat Sentika mengatakan karbon yang dihasilkan kebakaran hutan yang bersenyawa dengan oksigen menimbulkan polusi udara yang membahayakan tubuh.

“Udara yang penuh dengan zat karbon akan mengendap pada saluran nafas, dampaknya sesak nafas. Terutama jika polusi udara melebihi ambang batas. Hati-hati jika angka ISPU melebihi angka 100 atau tidak sehat, maka harus menggunakan masker. Sekarang sudah di kisaran 200 hingga 600, dan sudah banyak masyarakat ke rumah sakit karena ISPA” ucap dia.

Gejala ISPA dimulai dari hidung lalu ke rongga mulut, berlanjut ke bagian tenggorokan hingga paru-paru. Kelompok masyarakat yang rentan terkena dampak kabut asap adalah ibu hamil dan anak-anak. Jika indeks pencemaran udara mencapai level berbahaya maka diharapkan masyarakat tidak beraktivitas di luar ruangan.

asap karhutla menganggu pertumbuhan anakFoto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
asap karhutla menganggu pertumbuhan anak

Rahmat menjelaskan kabut asap juga mempunyai pengaruh pada tumbuh kembang anak. Jika tidak mendapatkan asupan gizi yang baik, dampak kabut asap bisa membuat anak gampang sakit-sakitan hingga dewasa.

Selain itu, kecerdasan anak juga bisa mengalami gangguan akibat perkembangan otak terganggu. “Anak-anak yang berusia enam tahun ke bawah harus hati-hati saat kabut asap, karena bisa mengakibatkan gangguan kecerdasan,” kata Rahmat memperingati.

Kabut asap karhutla di Riau mulai terjadi sejak 1997. Sejak saat itu, prestasi daerah dinilai terkena dampaknya.

Data hasil Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang diselenggarakan Kemendikbud untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menunjukkan tren perolehan medali dari tim Riau mengalami penurunan. Pada OSN 2019 di Manado, tim Riau menempati peringkat kesembilan dengan perolehan sembilan medali.

Sebelumnya, pada OSN 2018 di Padang, Riau menempati peringkat tujuh dengan 21 medali. Pada OSN 2017 di Pekanbaru, Riau menempati peringkat lima dengan 27 medali, sedangkan pada OSN 2016 di Palembang, Riau menempati posisi enam dengan 20 medali.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY