Partai Berkarya Ancaman Bagi Golkar, Hanura & Nasdem

0
Pelita.Online – Kondisi ekonomi saat ini sedang mengalami kemerosotan. Data Kemenkeu mengenai hutang luar negeri RI hingga akhir Februari 2018 mencapai 4.035 Trilyun Rupiah.Target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 ini dipatok di angka 5-5.5%.
 
Kondisi daya beli masyarakat menurun, beban pajak meningkat, kenaikan bbm, kenaikan tarif dasar listrik, target pembukaan lapangan kerja belum tercapai, regulasi impor pangan dan garam padahal petani panen menambah panjang rentetan janji Jokowi yang tidak dipenuhi. Belum lagi tindakan-tindakan kriminalisasi terhadap aktivis dan kelompok muslim yang kritis, dan emak-emak yang kritis.
 
Dalam situasi seperti ini, Partai Berkarya yang merupakan hasil gabungan 2 partai yakni Partai Beringin Karya (PBK) dan Partai Nasional Republik (Nasrep) hadir sebagai peserta pemilu 2019. Momentum kehadiran Partai Berkarya ini tepat, sebab saat ini masyarakat membutuhkan partai-partai alternatif yang mampu memberikan harapan perubahan ekonomi dan situasi politik yang stabil.
 
Nama Besar Soeharto Untungkan Partai Berkarya
 
Partai Berkarya dalam Munasnya beberapa waktu yang lalu menobatkan Hutomo Mandala Putra, yang lebih dikenal sebagai Tommy Soeharto menjadi Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina.
 
Pergantian Ketua Umum dari Neneng ke Tommy yang dilakukan setelah dinyatakan lolos oleh KPU adalah strategi yang tepat. Tentu publik lebih mengenal nama Tommy Soeharto, putra mantan Presiden RI ke 2 alm. H.M. Soeharto yang nama besarnya, dan loyalisnya masih cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. Tommy tentu akan lebih mudah merangkul mereka untuk memperkuat Partai Berkarya.
 
Exodus Kader Partai Golkar, Hanura dan Nasdem
 
Sejak reformasi 98, peta politik indonesia mengalami perubahan. Diawali dgn keputusan berhentinya HM Soeharto sebagai Presiden dan menyerahkan secara konstitusional kepada wakilnya BJ. Habibie.
 
Golkar yang saat itu dipimpin oleh Akbar Tanjung segera melakukan transformasi dan restrukturisasi partai sebagai upaya penyelamatan dari masa lalunya sebagai pendukung Orde Baru. Golkar berubah menjadi Partai Golkar.
Transformasi ini pun berhasil.
Namun demikian hingga pemilu 2014 yang lalu Partai Golkar tidak pernah lagi tampil sebagai partai pemenang pemilu dan bahkan tidak pernah menghantarkan kader terbaiknya ke kursi Presiden.
 
Menurunnya performa Partai Golkar ini menjadi peluang bagi Partai Berkarya. Kader-kader Partai Golkar yang kecewa kemungkinan besar akan eksodus (berpindah) ke Partai Berkarya. Eksodus ini semakin jelas dengan kabar akan bergabungnya Priyo Budi Santoso ke Partai Berkarya. Bahkan rumornya akan di plot sebagai Sekjen. Ini akan menambah kekuatan Partai Berkarya dalam persaingan dengan Golkar pada pemilu 2019.
 
Selain Partai Golkar, ancaman juga berlaku untuk Hanura dan Nasdem. Baik Wiranto maupun Surya Paloh adalah kader Golkar yang kemudian karena tidak puas lalu keluar dan membentuk partai sendiri. Pada pemilu 2014 yang lalu Hanura dan Nasdem lolos PT 4% dan berhasil memperoleh kursi di DPR. Kursi yg mereka dapatkan pun mengambil dari basis suara Golkar.
 
Hanura dan Nasdem pun mengalami gejolak ketidakpuasan kader. Hanura terutama yang baru lalu terjadi perpecahan antara kubu OSO dan Sudding. Sementara pada Nasdem gejolak tersebut tidak terlalu mencuat ke permukaan.
Namun demikian kehadiran Partai Berkarya akan sangat ‘menggoda’ bagi kader Hanura dan Nasdem di partainya.
 
Tommy Ajak Aktivis Jadi Ujung Tombak Pembaruan
 
Selain Priyo, Tommy juga mengajak beberapa aktivis di Jawa Barat untuk bergabung dengan Berkarya.
Para aktivis yang notabene adalah jiwa-jiwa petarung dan berpengalaman dalam pengorganisasian masyarakat, buruh, petani, nelayan, kaum miskin kota, akan menjadi kekuatan ekstra Partai Berkarya. Kondolidasi ini dimulai bahkan dalam masa-masa pemilihan kepala daerah yang dilakukan serentak pada 2018 ini.
Ajakan Tommy terhadap para aktivis ini bisa dimaknai sebagai upayanya bersama-sama melakukan pembaruan di Republik ini.
Kumparan.com

LEAVE A REPLY