Potensi Serangan Siber Besar Saat Kompetisi Olahraga

0

Pelita.online – Serangan siber saat acara kompetisi olahraga besar berpotensi selalu terjadi karena sistem yang dibangun masih terbuka untuk publik.

Oleh karena itu, menurut CEO NTT Indonesia Hendra Lesmana, perlu ada rancangan keamanan (secure by design) yang baik sebelum acara dilaksanakan.

NTT Communications merupakan perusahaan penyedia manajemen jaringan, layanan keamanan dan solusi untuk konsumen. NTT merupakan anak usaha dari Nippon Telegraph dan Telephone Corporation, perusahaan telekomunikasi asal Jepang.

“Secure by design, dari awal sudah didesain yang [sistem] ini harus ditutup agar tidak bisa diakses [oleh peretas]. Analoginya, pertandingan sepak bola di kelurahan mungkin tidak perlu ada regu polisi yang datang, tetapi kalau pertandingan sepak bola di GBK tentu saja paparannya lebih besar, memang dibutuhkan desain keamanan tertentu,” papar dia saat media briefing di Mood Coffee, Jakarta.
Lagi-lagi phising menjadi metode yang sering digunakan peretas kata Hendra. Misalnya saat pertandingan sepak bola yang disiarkan di televisi, saat sistem diserang, maka komentator tak bisa melihat data pemain yang terpampang di monitor.

Terlebih, pada Oktober 2020 mendatang, akan ada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020 yang diselenggarakan di Papua.

“Saya kira kalau penyelenggaraan PON, balik lagi harus secure by design. Yang namanya kembaran digital harus dipikirkan keamanannya seperti apa,” tutur Hendra.

Kembaran digital yang dimaksud adalah sebuah data yang mencakup soal kebiasaan dan memahami suatu pola, misalkan data kembar mengenai pola diet. Dengan data ini, individu atau kelompok bisa mendapatkan kesimpulan yang lebih akurat, cepat, dan memakan biaya penelitian yang lebih murah.
Lebih lanjut, Hendra sempat bercerita bahwa saat pagelaran Tour De France yang diselenggarakan tiap tahunnya, NTT mengelola sistem keamanan acara balap sepeda tersebut.

Acara itu berlangsung selama 20 hari dan pihaknya mendapat 1.500.000 serangan siber. Kendati demikian, tidak ada data atlet yang bocor ke publik.

“Untungnya sampai sekarang belum ada satupun yang bobol [data atlet]. Kenapa? Balik lagi, pada waktu kita memberikan solusi sebagai partner-nya Tour De France, dari awal sudah bicara bahwa harus secure by design,” pungkas Hendra.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY