Presiden Cina Lakukan Pembicaraan dengan Presiden Baru Korsel

0
Presiden terpilih Korea Selatan Moon Jae-in menyapa tetangga dan pendukungnya saat meninggalkan rumah di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 10 Mei 2017./ Sumber foto : AP Photo/Lee Jin-man

BEIJING, Pelita.Online – Presiden Cina Xi Jinping melakukan pembicaraan dengan presiden baru Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in, Kamis (11/5). Kedua pemimpin negara membahas mengenai ambisi program nuklir Korea Utara (Korut) dan berjanji untuk menangani masalah itu dengan segera.

Xi menyampaikan kepada Moon Jae-in bahwa Negeri Tirai Bambu akan terus mengupayakan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Ia juga menekankan bahwa ketegangan di wilayah itu akibat uji coba program nuklir Korut harus diselesaikan melalui perundingan yang sesuai dengan kepentingan seluruh pihak.

“Cina bersedia terus bekerja keras dengan semua pihak, termasuk Korsel untuk perdamaian dan kemakmuran Semenanjung Korea,” ujar Xi.

Sejak 2006 lalu, Korut telah mendapatkan sanksi dari Dewan Keaman PBB atas program nuklir dan serangkaian uji coba perangkat senjata berbahaya itu. Diantara sejumlah sanksi, diantaranya adalah di bidang ekonomi. Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu tidak dimasukkan dalam daftar sistem finansial global.

Namun, selama ini Cina telah menjadi salah satu penyangga ekonomi utama bagi negara tetangganya tersebut. Negara itu tidak pernah mendukung diberikannya sanksi secara keras terhadap sekutu diplomatiknya tersebut. Pihaknya meyakini bahwa sanksi bukanlah jawaban akhir atas masalah Korut dan menyerukan perundingan kembali dimulai.

Cina juga sempat menyampaikan keberatan dengan adanya penyebaran sistem pertahanan anti rudal atau yang dikenal yang dikenal dengan nama High Altitude Area DefenseĀ  (THAAD) yang dilakukan Korsel bersama dengan AS di Semenanjung Korea. Alasan utama di balik keberatan itu karena diduga radar yang ada di dalamnya dapat menembus teritori mereka dan bahkan memungkinan kegiatan militer mereka dimata-matai.

Sebelumnya, Cina juga disebut melakukan tindakan balasan terhadap Korsel sebagai protes atas rencana penyebaran THAAD.

Pada awal Februari lalu, proyek dari beberapa perusahaan Negeri Ginseng yang beroperasi di Cina dihentikan oleh otoritas.

“Cina berharap Pemerintah Korsel yang baru dapat memperhatikan pentingnya fokus kami yang hendak melangkah guna jalinan hubungan antar negara yang stabil dan sehat,” jelas Xi.

Sementara itu, Moon Jae-in mengatakan dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Korsel bahwa ia akan memulai upaya untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Ia berjanji untuk bernegosiasi dengan AS dan Cina terkait penyebaran THAAD yang menjadi salah satu masalah.

Pria berusia 64 tahun itu juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak setuju dengan pendekatan garis keras yang dilakukan kalangan konservatif selama hampir satu dekade terakhir. Termasuk langkah pendahulunya,mantan presiden Korsel, Park Geun-hye yang memutuskan seluruh hubungan diplomatik dengan Pyongyang.

Moon Jae-in mengatakan hendak membuka dialog dan mempromosikan integrasi ekonomi lintas batas untuk langkah awal memecahkan konflik dengan Korut. Ia diperkirakan hendak melanjutkan kebijakan ‘Sinar Matahari’ yang pernah diterapkan dua presiden Korsel sebelumnya, yaitu Kim Dae-jung dan Roh Moo-hyun pada 1998 hingga 2008.

Republika.co.id

LEAVE A REPLY