Profil 3 BUMN yang Dituding Jual Senjata ke Junta Militer Myanmar

0

pelita.online – Tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dituding menjual senjata ke Junta Myanmar. Mereka adalah PT Pindad, PT PAL Indonesia, dan PT Dirgantara Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut pada 2 Oktober 2023 telah dilaporkan ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dengan dugaan pelanggaran regulasi Indonesia serta perjanjian Internasional.

Holding BUMN Industri Pertahanan (DEFEND ID) membantah tudingan tersebut. DEFEND ID lewat PT Len Industri (Persero) sebagai induk holding yang beranggotakan PT Dahana, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT PAL Indonesia  mengklaim mendukung penuh Resolusi Majelis Umum PBB nomor 75/287 yang melarang suplai senjata ke Myanmar.

“Kami pastikan bahwa PT Pindad tidak melakukan kegiatan ekspor produk alpalhankam (Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan) ke Myanmar, terutama setelah adanya himbauan DK PBB pada 1 Februari 2021 terkait kekerasan di Myanmar,” kata pihak DEFEND ID melalui keterangan tertulis.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut profil tiga BUMN yang bergerak di bidang industri persenjataan tersebut, yang ditengarai menjual senjata ke Junta Myanmar.

Dilansir dari laman resminya, PT Pindad adalah singkatan dari Perindustrian TNI Angkatan Darat. PT Pindad merupakan perusahaan warisan sejak zaman Belanda. Dahulu Pindad didirikan dengan nama Constructie Winkel (CW) oleh Gubernur Jenderal Belanda, William Herman Daendels, di Surabaya, Jawa Timur, pada 1808.

Tujuan Daendels mendirikan CW adalah sebagai bengkel pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat-alat perkakas senjata Belanda, Bengkel tersebut menjadi fondasi berdirinya PT Pindad sebagai industri yang bergerak di manufaktur pertahanan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Belanda harus mengembalikan aset-asetnya secara bertahap kepada pemerintah Indonesia. Salah satu aset yang dikembalikan adalah pabrik senjata CW. Setelah menjadi hak milik pemerintah Indonesia, nama pabrik tersebut diubah menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang diserahkan Sukarno untuk dikelola sepenuhnya oleh TNI AD.

Dalam perkembangannya, PSM sempat berganti nama menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD). Kerja-kerja yang dilakukan sebenarnya sama antara PSM dan Pabal AD. Mereka melakukan produksi peralatan militer untuk mengurangi ketergantungan alat militer dari negara lain. Dari situ, kegiatan impor alat militer pun bisa ditekan.

Pada 1962, Pabal AD diubah menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad). Inilah cikal bakal yang nantinya menjadikan Pindad berbadan perseroan terbatas yang eksis hingga sekarang.

2. PT PAL Indonesia

Dikutip dari situs perusahaan, PT PAL Indonesia (Persero) adalah perusahaan BUMN galangan kapal terbesar di Indonesia. Fokus PT PAL adalah pembangunan dan rancang-bangun kapal perang dan kapal niaga. Selain itu, PT PAL juga menyediakan jasa perawatan kapal perang, kapal niaga, kapal selam, dan berbagai alat produk kemaritiman.

PT PAL juga merupakan warisan dari pemerintah Hindia Belanda. Cikal bakal PT PAL dimulai sejak berdirinya Marine Establishment (ME) pada 1939. Sama nasibnya dengan Pindad, aset ME juga harus dikembalikan kepada pemerintah Indonesia. Setelah dikembalikan, namanya diubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Setelah itu, pada 15 April 1980, status perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas.

3. PT Dirgantara Indonesia

Dilansir dari laman perusahaan, PT Dirgantara Indonesia adalah salah satu perusahaan aerospace di Asia. Fokus utama perusahaan ini adalah desain dan pengembangan pesawat, pembuatan struktur pesawat, produksi pesawat, dan layanan pesawat untuk militer ataupun sipil. Pesawatnya pun beragam, ada pesawat ringan dan menengah.

PT Dirgantara Indonesia didirikan pertama kali pada 1976. Berbeda dengan PT Pindad dan PT PAL, sejak awal PT Dirgantara Indonesia langsung berstatus BUMN. Perusahaan ini berhasil mengembangkan beberapa produk dalam industri kedirgantaraan.

Di bidang pembuatan pesawat, perusahaan ini secara total telah mengirimkan 400 pesawat ke 50 operator di seluruh dunia. Di bidang bisnis aerostructure, perusahaan ini memproduksi peralatan pesawat untuk Airbus A320/321/330/350/380. Terakhir, di bidang teknik dan pertambangan, perusahaan BUMN ini memiliki kemampuan teknis dalam desain, pengujian, dan sertifikasi kendaraan udara tak berawak.

sumber : tempo.co

LEAVE A REPLY