Tana Toraja, Perpaduan Lengkap Wisata Alam & Religi di Sulawesi

0

Pelita.online – Berwisata ke Tana Toraja, traveler akan dimanjakan dengan pemandangan wisata alam yang indah. Ditambah dengan nuansa wisata religi yang kental.

Beberapa perjalanan wisata yang pernah kulakukan banyak menyuguhkan keindahan panorama alam Indonesia. Hhmm… rasanya tak kan habis kata-kata untuk mengungkapkan keindahan alam Indonesia.

Decak kagumku terhadap negeri tercinta ini bertambah saat melihat keanekaragaman budaya, agama, bahasa dan adat istiadatnya. “Indonesia is one of the best place to travel” Agree?

Kenapa? Karena paket komplit, wisata alam dan budaya ada di Indonesia, itulah yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara untuk menjelajah setiap jengkal wilayah Indonesia.

Dalam setiap perjalanan, umumnya aku menceritakan keindahan alam Indonesia, namun kali ini sedikit berbeda. Yap, kali ini tentang Tana Toraja, suatu tempat budaya berjarak 8 jam perjalanan darat dari pusat kota Makassar. Ada apa di Toraja?

Kota Seribu Gereja

Kota seribu gereja saya menyebutnya, kiranya menjadikan Toraja icon kota, selain kota seribu masjid yang banyak ditemui di daerah lain di Indonesia. Berkunjung ke Tanah Toraja sedikit mengubah pandanganku bahwa Indonesia yang digadang-gadang sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia ternyata memiliki sisi lain.

Di banyak tempat yang pernah aku kunjungi, begitu mudahnya untuk mencari masjid karena rentangnya hanya dalam radius beberapa ratus meter saja. Di daerah mayoritas penduduk muslim memang mudah menemukan masjid.

Namun saat berkunjung ke Tana Toraja, pemandangan yang kontras akan kita temui. Setiap beberapa ratus meter kita akan menemui gereja dan nyaris tidak ada masjid yang kutemui. Gerejanya pun banyak yang memiliki arsitektur unik perpaduan rumah adat.

Begitu pula dengan makanan, sangat sulit mendapatkan makanan halal di kota ini. Makanan khas Indonesia yang merakyat di sini pun tidak halal. Bakso babi adalah salah satu rumah makan yang tersebar di Toraja. Bagi kamu yang muslim, siap-siap sedia makanan sendiri.

Kota Pemakaman Adat

Kota pemakaman adat juga menjadi julukan yang tepat untuk Tanah Toraja. Tebing-tebing batu di sudut kota Toraja menjadi daya tarik tersendiri. Kenapa tidak? Karena tebing-tebing tersebut umumnya memiliki goa alami yang dipakai warga untuk menyimpan jasad keluarga yang telah wafat.

Ya, jasad keluarga, karena hanya marga Tolengke yang dimakamkan di goa ini. Upacara pemakaman inipun sebagai bentuk penghargaan terakhir kepada keluarga yang mendahului, tak heran mereka rela mengorbankan 65-80 ekor kerbau sebagai tradisi untuk sekali upacara adat pemakaman.

Memasuki jalan kecil nan sempit menuju goa akan kita temui sesajen, tulang belulang dan tengkorak manusia. Sesajen disini dapat berupa uang koin, bunga atau botol minuman. Adapula beberapa peti mati yang diletakkan didalam goa. Tenang, goa ini tidak bau kok karena jasad telah dibalut rempah atau balsam agar awet. Bagi keluarga yang tidak mampu, peti mati dibiarkan tergantung di luar tebing goa.

Pemandangan yang mungkin agak mistis, keluarga yang telah meninggal dunia akan dibuat replika patung kayu yang disebut Tau Tau dan dipajang di atas tebing goa. Semakin tinggi kedudukan jasad semasa hidupnya di masyarakat, semakin tinggi pula letak replika mereka di atas tebing goa.

Icon Rumah Adat

Tak bisa dipungkiri, kehidupan yang sudah modern membuat masyarakat Toraja sudah memiliki bangunan rumah tembok. Namun aku sangat bangga ketika melihat mereka masih menjunjung tinggi budaya dengan membangun replika rumah adat di setiap halaman depan rumah. Maka tak heran bila sepanjang jalan akan kita temui rumah adat di tiap pelataran pemukiman warga.

Icon rumah adat Toraja yang sudah mendunia sendiri yaitu Kete Kesu, terlihat megah dan rapi berjajar, apik dipandang mata. Tak hanya sekedar bangunan rumah adat, ada pula museum dan rumah baca serta beberapa toko souvenir khas Toraja yang sayang dilewatkan untuk buah tangan. Sayangnya beberapa bangunan rumah dibangun semi modern dengan dasar dari beton dan terlihat belum selesai pengerjaannya.

Jangan lupa bawa kopi Toraja dan kain tenun khas Toraja ya, buah karya tangan-tangan terampil masyarakat Toraja untuk kenang-kenangan.

Panorama Alam yang Memukau

Alam adalah hal yang membuatku selalu ingin travelling. Toraja yang kental dengan budaya dan adat istiadatnya semakin memukau dengan panorama alamnya. Bukit berundak yang dikenal dengan Bukit Nona menyuguhkan panorama alam bak negeri dongeng dalam film Hollywood.

Konon nama Bukit Nona ini diambil karena bentuk bukit yang menyerupai vagina wanita. Hhmm, bikin penasaran kan. Memanjakan mata dengan pemandangan yang membuat takjub dipadu udarafresh sejenak membuat hilang beban hidup ini.

Tak kalah menarik, negeri dongeng lainnya adalah negeri di atas awan Lolai yang akan menggiring kita ke ketinggian di atas awan. Lautan awan nan luas dengan percikan jingga sinar matahari terbit ini bisa bikin lupa sama mantan loh.

Jangan sampai terlewatkan pula wisata sejarah Magalithikum Bori yang membuat tercengang dengan hamparan batu Megalithikumnya yang menjulang tinggi seperti berada di zaman Flintstone. Pastinya terdapat goa dan pemakaman adat pula di sini.

Tahu kan patung Yesus kedua terbesar di dunia ada dimana? Ya setelah Brasil, ada juga nih di Toraja. Dari kejauhan sudah terlihat betapa megahnya patung Yesus yang terletak di atas bukit ini.

Sedikit menanjak beberapa ratus undakan anak tangga, bangunan patung Yesus menjulang tinggi dengan latar perbukitan. Bagian dasar bangunan melingkar mirip dengan Monas loh, namun menariknya, di depan area patung terdapat lantai kaca dengan pemandangan jurang di bawahnya. Berani uji nyali? Sayang loh dilewatkan, karena mungkin hanya satu-satunya di Indonesia.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY