Tanah Abang menanti solusi ‘out of the box’ ala Anies-Sandiaga

0

Jakarta, Pelita.Online – Semrawutnya kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat bukan persoalan baru. Namun harus diakui, penataan pedagang kaki lima (PKL) dan kemacetan di sana tak kunjung menemukan jalan keluar yang bisa diterapkan jangka panjang. Solusi yang pernah dan sempat diterapkan, sifatnya jangka pendek. Penataan sudah mulai dilakukan semenjak Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, kemudian dilanjutkan Basuki Tjahaja Purnama hingga akhirnya diteruskan Djarot Saiful Hidayat.

Kini penataan kawasan Tanah Abang menjadi tanggung jawab Gubernur DKI yang baru Anies Baswedan dan Wakilnya Sandiaga Uno. Cara tradisional berupa penertiban PKL akan tetap dilakukan. Namun diakui sifatnya hanya jangka pendek sampai pembahasan solusi jangka panjang yang sifatnya permanen selesai dikaji.

Anies mengklaim sudah mengantongi solusi jangka panjang. Tetapi, dia belum mau membocorkan solusi yang dimaksud. Alasannya, harus dikaji ulang bersama stakeholder terkait. “Sudah ketemu tapi saya ingin pastikan dulu, cara memastikan bagaimana kita panggil semua stakeholder,” ujar Anies di Balai kota, Jalan Medan Merdeka, Jakarta, Minggu (5/11).

Anies menginginkan solusi jangka panjang itu nantinya mengakomodir kepentingan semua pihak, termasuk PKL. Untuk itu, dia ingin mendengar aspirasi para PKL yang sudah lama berdagang di Tanah Abang.

“Sekarang kita mendengar, mendiskusikan, sebelum mengumumkan maka dikaji lagi semua ini solusinya, potensi masalah seperti apa, potensi perbaikan apa saja kita di situ,” ucapnya.

Senada dengan Anies, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno juga belum bersedia menjelaskan detil solusi penataan kawasan Tanah Abang. Sebab, semua masih dikaji. Setelah semua data dan kajian rampung, Pemprov DKI akan segera mengumumkan dan menjalankannya. Yang jelas, kata dia, solusinya lain dari sebelumnya.

“Nanti kita akan umumkan tapi kita janji solusinya out of the box jadi mohon teman-teman sabar. Dalam beberapa hari ke depan begitu Pak Anies meyakini data-data di situ, meyakini sosialisasi cukup kepada pakar dan pelaku transportasi di wilayah Tanah Abang, itu akan siap kita lakukan,” ucapnya.

Sebagai bagian dari pemantauan dan pemetaan kawasan tanah Abang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggunakan teknologi pesawat tanpa awak. “Sekarang kami sedang melengkapi data karena dua hari ini kami pantau lebih teratur dengan penertiban. kami juga sudah menurunkan drone di sana untuk melihat potret dari udara,” ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahudin Uno saat ditemui di car free day, Minggu (5/11).

Dari hasil pantauan menggunakan pesawat tanpa awak, Sandi melihat penertiban kawasan tanah Abang beberapa hari terakhir sudah cukup efektif.

“Kemarin kita udah ambil dronenya dan dua hari ini kita melihat, dua hari ini penertibannya cukup efektif,” katanya.

Tidak hanya memantau menggunakan drone, Sandiaga juga memetakan masalah Tanah Abang dengan bantuan aplikasi qlue. Dari hasil pengamatannya, semrawutnya kawasan Pasar Tanah Abang bukan semata-mata akibat PKL yang berjualan di sepanjang trotoar, melainkan karena lalu lintas yang tidak teratur. Kesimpulan ini diperoleh dari data Jakarta Smart City.

“Kita kan selama ini bilang apa sih yang sering dikeluhkan berdasar pantauan dari qlue ternyata karena angkot ngetem misalnya. Misalnya stasiun atau penyeberangan rel kereta,” ungkapnya.

Pantauan dari jauh saja tidak cukup. Sandiaga tahu persis pihak yang dihadapi dalam penataan Tanah Abang. salah satunya preman-preman di sana. Dia menyadari, banyak risiko yang akan dihadapi dalam penataan kawasan Pasar Tanah Abang. Untuk itu perlu diskusi dan pendekatan yang lebih lanjut sebelum mengambil keputusan. Apalagi ini akan menjadi solusi yang permanen. Termasuk berdiskusi dengan para preman.

“Mereka semua masuk dalam diskusi ini. Termasuk, mohon maaf, preman-premannya,” kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (2/11).

Soal lokasi diskusi, Sandiaga memilih tidak melakukan di Balaikota. Dia memilih berdiskusi di markas para preman atau tempat biasa mereka berkumpul.

“Ya tentunya enggak di Balai Kota. Tapi di tempat-tempat yang mereka biasa kumpul,” singkatnya.

Merdeka.com

LEAVE A REPLY