Terjadi Tiap Tahun, Hutan Tepi Jalan Wonogiri-Gunungkidul Terbakar

0

Pelita.online – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali terjadi di Wonogiri. Kali ini melanda hutan rakyat di pinggir jalan tembus Eromoko Wonogiri-Gunungkidul, yang terjadi tiap tahun.

“Lokasi kebakaran hutan rakyat tepatnya di pinggir jalan tembus Eromoko-Gunungkidul, di daerah Parangjoho. Kawasan itu seperti sudah langganan terjadi kebakaran setiap tahun,” ungkap Camat Eromoko Danang Erawanto, Selasa (13/8/2019).

Titik api diketahui terlihat Senin (12/8) malam. Selanjutnya merembet luas hingga dini hari tadi. Tanaman yang ada di hutan rakyat itu berjenis jati.

“Api sudah bisa dipadamkan dini hari tadi setelah tim berjibaku selama sekitar lima jam. Melibatkan unsur TNI, Polri, warga, dan kecamatan, termasuk saya, yang terjun langsung ikut memadamkan,” tegas Danang.

Luas lahan yang terbakar, menurut dia, lebih dari 2 hektare. Kendati api telah padam, warga diminta tetap waspada terhadap munculnya titik api. Terlebih kawasan itu dekat dengan permukiman.

“Hampir bisa dipastikan, saat kemarau, terjadi kebakaran di kawasan itu. Bisa jadi karena faktor manusia, misalnya membuang puntung rokok saat melintas di jalan itu. Sebenarnya kami sudah terus mewanti-wanti warga untuk menghindari tindakan pemicu kebakaran,” tegas Danang.

Diwawancarai terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri Bambang Haryanto berujar karhutla tidak hanya mengakibatkan kerugian berupa pepohonan yang hangus dan asap. Kebakaran juga bisa memicu bencana lain berupa tanah longsor.

Dia membeberkan, kebakaran di kawasan hutan dan lahan membuat tanah semakin kering. Rekahan atau retakan tanah yang sebelumnya tercipta lantaran panas musim kemarau menjadi semakin lebar.

“Rekahan tanah ini menjadi jalan masuk air ke dalam, dan ini berbahaya. Sebab, saat turun hujan, bisa berpotensi longsor,” tandas Bambang.

Potensi tanah longsor ini, menurut dia, akan semakin besar di Wonogiri. Pasalnya, kawasan yang sebelumnya terbakar, seperti Kecamatan Selogiri dan Manyaran, berada pada lereng bukit yang cukup terjal.

“Untuk mengatasi rekahan itu, paling baik adalah mencegah kebakaran hutan dan lahan. Namun, jika sudah muncul, diupayakan untuk menutup rekahan itu serta saat turun hujan aliran air harus digeser agar tidak melewati rekahan itu,” jelas Bambang.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY