Wapres: Dai Harus Ajarkan Antikekerasan

0
Cawapres yang juga Ketua MUI KH Maruf Amin memberi Orasi Kebangsaan saat Peringatan Tahun Baru Islam di Kampus Untirta, di Serang, Banten, Senin (17/9). Menurut Marif Amin dalam kondisi apa pun kekuatan muslim di Indonesia harus tetap konsisten diarahkan untuk mempertahankan NKRI dalam keberagaman dan tidak mungkin surut kembali ke belakang dengan mengungkit-ungkit dasar negara Pancasila dan UUD 1945 hanya untuk kepentingan politik sesaat. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp/18

Pelita.online –  Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin meminta agar para penceramah agama (dai) perlu terus mengajarkan tentang moderasi beragama kepada masyarakat. Salah satunya adalah para dai harus mengajarkan antikekerasan.

Hal itu disampaikan Kiai Ma’ruf, dalam webinar BNPT-Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), bertema “Peran Dai dalam Deradikalisasi Paham Keagamaan di Indonesia”, Minggu (4/4/2021).

Apa itu moderasi beragama? Wapres menjelaskan setidaknya ada tiga hal.

Pertama, mengembangkan sikap toleran, yaitu perilaku yang menerima dan menghargai keberadaan orang lain yang berbeda keyakinan.

“Kedua, antikekerasan. Tidak membenarkan tindak kekerasan, terutama atas nama agama, baik yang dilakukan secara verbal maupun fisik,” kata Wapres Ma’ruf Amin.

Ketiga, menjaga kerukunan dan persatuan melalui empat bingkai. Yaitu bingkai teologis dengan mengedepankan teologi kerukunan, bingkai politik dengan penguatan empat konsensus kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika), bingkai sosiologis melalui pendekatan sosio kultural dan kearifan lokal, dan bingkai yuridis dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

“Gunakanlah narasi dakwah yang rahmatan lil alamin dengan manhaj yang wasatiah. Metode dakwah yang digunakan harus menyesuaikan situasi masyarakat Indonesia yang beragam dan majemuk,” kata Wapres Ma’ruf Amin.

Para dai, lanjut Wapres, juga diharapkan dapat menjadi kekuatan komunitas, yang mampu mendeteksi dini dan mengeliminasi pola pikir intoleran, egosentris kelompok, dan gerakan yang mengarah pada kekerasan. Selain itu, para dai juga harus mampu mengantisipasi kemajuan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan sikap masyarakat dan menjadi tantangan besar bagi aktivitas dakwah.

Wapres juga bicara soal teladan dari Nabi Muhammad SAW soal cara berpikir yang moderat (wasatiah). Baginya, tugas besar para dai adalah membangun kembali peradaban Islam dengan mengembalikan cara berfikir wasatiah.

Menurut Wapres, cara berfikir wasatiah ini merupakan jalan lurus yang senantiasa dimintakan dalam setiap salat dengan bacaan ihdinas siratalmustakim.

Ciri-ciri cara berfikir wasatiah antara lain senantiasa menjaga dan mengamalkan manhaj yang telah dirumuskan para ulama terdahulu yang masih relevan dan mengakomodasi manhaj baru yang lebih baik. Serta senantiasa melakukan perbaikan dan inovasi secara terus menerus sehingga tercipta kondisi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

“Namanya continuous improvement atau al islah ila ma huwa al ashlah tsumma al ashlah fa al ashlah,” ujar Wapres.

Tidak lupa Wapres meminta agar para dai menjadi garda terdepan dalam keteladanan bagi masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY