Pelita.online – Larangan mudik oleh pemerintah untuk menekan penyebaran virus corona semakin meluas, membuat aktivitas di Bandara Ngurah Rai, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali lengang. Aktivitas ekonomi juga lumpuh dan pengelola tempat usaha memilih untuk tutup.
Pascapenerbangan komersial ditutup per 24 April 2020 lalu agar warga tak mudik ke kampung halaman, kini suasana Bandara Ngurah Rai terpantau sepi. Tak ada lagi keramaian ribuan wisatawan dan pekerja wisata yang biasanya memadati kawasan bandara.
Meski tak ada aktivitas penerbangan komersial, Bandara Ngurah Rai tetap beroperasi seperti biasa. Bandara Ngurah Rai masih melayani aktivitas penerbangan yang dikecualikan dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 25 Tahun 2020 Pasal 20 ayat 1.
Penerbangan itu diantaranya untuk melayani pejabat atau pimpinan lembaga tinggi negara dan tamu kenegaraan, repatriasi atau pemulangan WNI atau WNA, dan angkutan kargo untuk kebutuhan medis.
“Penerbangan ke Bali masih ada untuk kargo dan repatriasi. Hari ini terjadwal ada delapan penerbangan,” kata Humas Bandara Ngurah Rai, Andanina Diah, Senin (27/04/2020)
Untuk repatriasi, kata Andanina, penerbangan dari Bali ke Cengkareng dan sebaliknya serta Bali ke Bangkok dan sebaliknya. Sementara untuk penerbangan kargo hanya dari Bali ke Manila dan sebaliknya.
Penerbangan komersial di Bandara Ngurah Rai ditiadakan hingga 1 Juni mendatang.
Penutupan penerbangan komersial ini juga membuat aktivitas perekonomian di bandara juga harus menutup tempat usaha. Sejumlah pegawai mulai menutupi barang dagangan dan kios menggunakan tirai.
“Untuk sementara kita akan tutup dengan kain dan terpal. Nanti kalo sudah pasti tutup, akan dikemas dengan kardus dan makanan seperti coklat dibawa pulang,” kata karyawan toko oleh-oleh, Amir.
Tak hanya toko oleh-oleh, seluruh aktivitas perekonomian bandara seperti restoran harus merugi, dari yang omzet et per harinya mencapai Rp10 juta sampai Rp12 juta per hari, dan telah merumahkan karyawannya.
Sumber : iNews.id
