41 Tewas dan 1.700 Terluka di Hari Pembukaan Kedutaan AS di Al-Quds

0

Al-Quds, Pelita.Online – Amerika Serikat secara resmi memindahkan kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada hari Senin (14/05/2018), untuk memenuhi janji Presiden Trump. Sebanyak 41 warga Palestina, yang memprotes pemindahan keduataan AS, gugur di hari persemian ini.

“Kami membuka hari ini Kedutaan Besar AS di Yerusalem, Israel,” kata Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman, pada upacara pembukaan kedutaan, yang dihadiri oleh delegasi AS dari Washington dan para pemimpin Israel.

Di tempat lain, tepatnya di pagar pemisah antara Jalur Gaza dan Israel, bentrokan meletus antara tentara zionis dan warga Palestina yang menggelar aksi protes memperingati 70 penjajahan Israel sekaligus mengutuk pemindahan keduataan AS ke Al-Quds. Dilaporkan sedikitnya 41 orang tewas—laporan lain menyebut 52 orang— . Sementara korban terluka mencapai 1.700, 27 di antaranya kritis.

Pemindahan kedutaan dan menyebabkan kematian sejumlah besar korban tewas Palestina disambut kecaman oleh sejumlah negara internasional. “Kami tidak setuju dengan keputusan Amerika Serikat untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sebelum kesepakatan akhir tentang status Kota Suci,” kata Perdana Menteri Inggris, Teresa Mae.

Menteri Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mugherini menyerukan “menahan diri” setelah 41 warga Palestina tewas oleh tembakan Israel selama protes terhadap pengalihan kedutaan AS. Pemerintah Jerman juga telah meminta para pihak untuk menahan diri. Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin Dimitri Peskov juga menyatakan keprihatinan Rusia atas situasi yang memburuk di kawasan itu sebagai akibat pemindahan kedutaan.

Prancis juga meminta pemerintah Israel untuk menahan diri setelah kematian lebih dari 40 warga Palestina. Menteri Luar Negeri Jean-Louis Lauderian menggambarkan keputusan Amerika Serikat memundahkan kedutaannya ke Yerusalem sebagai “pelanggaran hukum internasional, khususnya resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa”.

Pada gilirannya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di London mengatakan bahwa Amerika Serikat kehilangan “peran mediator” di Timur Tengah setelah pengalihan kedutaannya. Menteri Luar Negeri Turki Mouloud Gawishoglu juga mengutuk apa yang disebutnya sebagai “pembantaian” dan “terorisme negara” dalam mengomentari korban tewas yang tinggi dari warga Palestina di Jalur Gaza.

Amnesty International mengatakan pertumpahan darah di perbatasan Gaza-Israel adalah “pelanggaran berat” hak asasi manusia setelah pembunuhan puluhan warga Palestina oleh tembakan tentara Israel. “Kami menyaksikan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia di Gaza,” kata organisasi itu di Twitter. “Itu harus dihentikan segera.”

Kiblat.net

LEAVE A REPLY