94 Persen Pasokan Air di Ibu Kota Berasal dari Luar Jakarta

0

Pelita.online – Direktur Utama PAM Jaya, Bambang Hernowo mengatakan ketergantungan terhadap air curah maupun air baku di Ibu Kota selama ini masih berasal dari luar Jakarta. Menurut Bambang, sekitar 94 persen pasokan air berasal dari luar Jakarta, dan hanya 6 persen yang berasal dari internal DKI Jakarta.

“Sebagian besar berasal dari luar Jakarta, dari Jatiluhur sebesar 82 persen, internal Jakarta hanya 6 persen, kemudian dari Tangerang sebesar 12 persen,” ujar Bambang dalam acara diskusi virtual ‘Balkoters Talks’, Rabu (23/12/2020).

Karena itu, kata Bambang, pihaknya dan Dinas Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi DKI Jakarta telah berupaya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin air di Jakarta menjadi air baku. Meskipun jumlahnya sedikit, kata dia, setidaknya bisa menutupi sebagian gap antara kebutuhan air dan ketersediaan air saat ini.

“Inilah kemudian kegiatan besar yang kami lakukan salah satunya dengan Dinas SDA untuk bisa mendapatkan air curah maupun air bersih di DKI Jakarta yang bisa kita manfaatkan untuk pelayanan air minum di DKI,” ungkap dia.

Saat ini, kata Bambang, kapasitas air PAM Jaya adalah sebesar 20.727,5 liter per second (LPS) dengan panjang pipa 11.900 km dan pelanggan PAM sampai dengan Oktober 2020 sebanyak 888.342 pelanggan.

“Dengan jumlah pelanggan ini, coverage kita masih di angka 65 persen. Lalu, apa yang kemudian kita lakukan? Inisiatif strategis untuk peningkatan cakupan layanan 100 persen dan keberlanjutan air di Jakarta,” tandas dia.

Bambang menyebutkan lima langkah strategis untuk peningkatan cakupan layanan 100 persen air perpipaan di Jakarta. Pertama, PAM tengah menambah pasokan air baku dengan menambah water treatment plant (WTP) PAM Jaya. WTP tersebut di antaranya adalah SPAM Ciliwung sebanyak 200 LPS, SPAM hutan kota sebesar 500 LPS, SPAM Pesanggrahan sebesar 750 LPS, dan uprating di Buaran 3 sebanyak 3.000 LPS.

“SPAM di hutan kota telah selesai. Lalu, untuk uprating di Buaran, kita punya lahan di Buaran yang bisa kita manfaatkan dan menaikkan 1.000 LPS menjadi 4.000 LPS di sana,” ungkap Bambang.

Kedua, yakni pasokan air curah (SPAM regional). Hal ini berasal dari kegiatan strategis nasional seperti, SPAM Jatiluhur 4.000 sebanyak LPS dan SPAM Karian sebanyak 3.200 LPS. Ketiga, PAM Jaya tengah menuntaskan pekerjaan rumah (PR) soal kebocoran air atau non revenue water (NRW).

“Kita juga masih punya PR dalam hal ini kebocoran air atau NRW. Kita harus menurunkan NRW supaya kita bisa menambah pasokan itu sendiri yang saat ini sudah ada airnya tapi terbuang dengan cara rehabilitasi dan pernaikan layanan serta distribusi perpipaan, pencegahan jaringan pipa ilegal, meter replacement, dan district metered area,” jelas dia.

Keempat, lanjut Bambang, PAM Jaya berupaya untuk menghemat air dengan memindahkan air tanah ke dalam air minum perpipaan. Pasalnya, aspek lingkungan menjadi terganggu ketika terjadi ekstraksi air tanah secara besar-besaran.

“Inilah peran PAM Jaya untuk bisa mengkonversi dengan menyediakan air perpipaan untuk menggantikan air tanah dalam yang ada sekarang,” ucap Bambang.

Kelima, melakukan edukasi kepada warga soal penghematan air dan pemindahan dari air tanah dalam ke air minum perpipaan yang dilayani PAM Jaya. Sebab, meskipun suatu daerah masih memiliki air tanah dengan kualitas bagus, tapi tidak ada jaminan kualitas tersebut dapat bertahan lama. Karena itu, pihaknya mendorong warga menjadi pelanggan PAM Jaya.

“Inilah apa yang kemudian menjadi potret kita, apa yang harus kita lakukan untuk bisa 100 persen cakupan layanan. Mengingat kemampuan fiskal kita terkontraksi kemudian bagaimana PAM mendapat PMD setiap tahunnya, kita memang harus mencari sumber pendanaan secara kreatif untuk bisa mencapai 100 persen layanan. Targetnya kapan 100 persen? Di Tahun 2030. Total investasi yang kita butuhkan untuk bisa mendapatkan 100 persen layanan, kurang lebih Rp 27 triliun sampai Rp 28 triliun untuk bisa mencapai 100 persen layanan,” pungkas dia.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY