Angka Kematian Nakes di RI Tertinggi di Asia, Ketiga Dunia

0

Pelita.online – Sejak 2 Maret atau awal terjadinya pandemi di Indonesia hingga 27 Januari 2021, sebanyak 647 tenaga kesehatan (nakes) meninggal dunia akibat Covid-19. Angka kematian nakes di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia dan ketiga terbesar di dunia.

“Dari 647 tenaga kesehatan meninggal dunia, 289 di antaranya merupakan dokter. Sementara itu, 27 orang merupakan dokter gigi, 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker dan 15 tenaga laboratorium medik,” ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (28/1).

Adib menambahkan, para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 161 dokter umum (empat guru besar), 123 dokter spesialis (12 guru besar), serta lima residen, yang keseluruhannya berasal dari 26 IDI Wilayah (provinsi) dan 116 IDI Cabang (kota/kabupaten). Ratusan tenaga kesehatan meninggal dunia akibat Covid-19 ini tersebar di 30 provinsi di Indonesia

“Kalau di dunia dengan persentase kematian nakes dengan kematian di Indonesia kita di tiga besar, kalau secara jumlah di kita memang di 10 besar,” kata Adib.

Perincian kematian nakes:

  1. Jawa Timur: 56 dokter, 6 dokter gigi, 89 perawat, 4 tenaga lab medik, 33 bidan.
  2. DKI Jakarta: 43 dokter, 10 dokter gigi, 25 perawat, 2 apoteker, 3 tenaga lab medik, 7 bidan.
  3. Jawa Tengah: 41 dokter, 2 dokter gigi, 27 perawat, 3 tenaga lab medik, 2 bidan.
  4. Jawa Barat: 33 dokter, 4 dokter gigi, 27 perawat, 6 apoteker, 1 tenaga lab medik, 13 bidan.
  5. Sumatera Utara: 26 dokter, 1 dokter gigi, 3 perawat, 9 bidan.
  6. Sulawesi Selatan: 18 dokter, 7 perawat, 4 bidan.
  7. Banten: 12 dokter, 2 perawat dan 4 bidan.
  8. Bali: 6 dokter, 1 perawat, 1 tenaga laboratorium medik.
  9. Aceh: 6 dokter, 2 perawat, 1 tenaga lab medik, 1 bidan.
  10. Kalimantan Timur: 6 dokter, 4 perawat.
  11. DI Yogyakarta: 6 dokter, 2 perawat, 3 bidan.
  12. Riau: 6 dokter, 2 perawat, 1 bidan.
  13. Kalimantan Selatan: 5 dokter, 1 dokter gigi, 6 perawat.
  14. Sulawesi Utara: 5 dokter, 1 perawat, 1 bidan.
  15. Sumatera Selatan: 4 dokter, 1 dokter gigi, 5 perawat.
  16. Kepulauan Riau: 3 dokter, 2 perawat.
  17. Nusa Tenggara Barat: 2 dokter, 1 perawat, 1 tenaga lab medik, 1 bidan.
  18. Bengkulu: 2 dokter, 2 bidan.
  19. Sumatera Barat: 1 dokter, 1 dokter gigi, 2 perawat.
  20. Kalimantan Tengah: 1 dokter, 2 perawat, 1 apoteker, 2 bidan.
  21. Lampung: 1 dokter, 2 perawat.
  22. Maluku Utara: 1 dokter, 1 perawat.
  23. Sulawesi Tenggara: 1 dokter, 2 dokter gigi, 1 perawat.
  24. Sulawesi Tengah: 1 dokter, 1 perawat.
  25. Papua Barat: 1 dokter.
  26. Bangka Belitung: 1 dokter.
  27. Papua: 2 perawat, 1 bidan.
  28. Nusa Tenggara Timur: 1 perawat.
  29. Kalimantan Barat: 1 perawat, satu apoteker dan satu tenaga lab medik.
  30. Jambi: satu apoteker.

“DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait dua perawat. Serta satu dokter masih dalam konfirmasi verifikasi,” ujar Adib.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih sebelumnya, meminta nakes agar tak khawatir mengikuti program vaksinasi Covid-19 yang telah mulai berjalan. Usai mendapatkan suntikan dosis kedua vaksin Covid-19 di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1) pagi, Faqih menekankan vaksinasi sangat penting dilakukan bagi para tenaga kesehatan.

Setelah mendapatkan suntikan vaksinasi tahap pertama pada dua pekan lalu, ia mengaku hanya merasakan efek samping pegal-pegal di lengannya. Efek samping itupun akan mereda dengan sendirinya setelah sekitar lima jam usai penyuntikan.

“Jadi kawan-kawan tenaga kesehatan tidak perlu khawatir. Alhamdulillah efek samping yang saya rasakan itu minimal sekali. Hanya terasa pegal di tempat suntikan. Itu hilang 5 jam sudah mereda. Jadi ga usah perlu khawatir,” kata Faqih di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Ia menyampaikan, vaksinasi Covid-19 diperlukan bagi tenaga kesehatan karena memiliki risiko terpapar yang sangat tinggi saat menangani para pasien. Karena itu, ia berharap para tenaga kesehatan di berbagai daerah dapat segera mendapatkan suntikan vaksinasi Covid-19.

“Karena ini untuk kita. Kita yang setiap hari berhadapan dengan pasien risikonya tinggi. Sehingga kita perlu cepat-cepat divaksin,” jelasnya.

 

Sumber : republika.co.id

LEAVE A REPLY