Azerbaijan-Armenia Bentrok Lagi di Perbatasan, 8 Tentara Tewas /

0

Pelita.Online – Setidaknya delapan personel Azerbaijan tewas usai bentrok dengan pasukan Armenia di wilayah perbatasan yang menjadi sengketa kedua negara, Nagorno-Karabakh, pada Selasa (16/11).
“Tujuh personel militer meninggal dan 10 lainnya mengalami luka-luka dalam konflik hari Selasa yang dipicu Armenia,” ujar Kementerian Pertahanan Azerbaijan.

Baku meminta Armenia bertanggung jawab atas provokasi militer terbaru ini.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Armenia menyatakan, satu tentara tewas dalam pertempuran singkat kemarin. Sebanyak 13 pasukan Armenia juga ditangkap pasukan Azerbaijan dan lebih dari 24 pasukan pembantu militer hilang.

Menanggapi kejadian itu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, menuduh Azerbaijan menargetkan kenegaraan, kedaulatan dan kemerdekaan.

Pertempuran pada Selasa pun berakhir pada malam hari setelah dimediasi oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.

Armenia juga mengaku situasi di perbatasan kini sudah mulai stabil.

“Situasi di perbatasan bagian timur relatif tenang dan gencatan senjata dihormati,” demikian menurut pernyataan resmi Kemenhan Armenia, seperti dikutip AFP.

Bentrokan yang terjadi baru-baru ini, merupakan yang terburuk sejak perang enam minggu berkecamuk di Nagaro-Karabakh pada 2020 lalu.

Saat itu, pertempuran juga berakhir usai dimediasi Rusia. Gencatan senjata menghasilkan kesepakatan yang membuat Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah Nagaro-Karabakh yang telah lama didudukinya.

Uni Eropa, Prancis, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan Inggris meminta agar kedua negara menurunkan ketegangan atau konflik di perbatasan

Kedua negara itu sudah sejak lama terlibat sengketa wilayah di perbatasan. Perang Nagorno-Karabakh berkecemauk sejak akhir 1980 hingga 1994.

Perselisihan itu melibatkan suku Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh melawan Azerbaijan. Baku berusaha menumpas gerakan separatis Armenia itu.

Kelompok separatis, etnis Armenia di Nagorno-Karabakh kemudian memisahkan diri dari Azerbaijan saat Uni Soviet runtuh pada 1991 silam. Kemudian konflik berikutnya, merenggut sekitar 30 ribu nyawa.

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY