Besok, Warga Jawa Timur Diminta Waspadai Potensi Longsor dan Banjir Bandang

0
Warga mencari barang berharga yang masih bisa diselamatkan dari tumpukan reruntuhan bangunan rumahnya setelah gempa di Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (10/4/2021). Sebanyak 49 rumah warga dan tempat ibadah yang tersebar di 28 desa di 12 kecamatan dilaporkan rusak akibat gempa yang melanda pesisir selatan Jawa pada Sabtu (10/4 )siang, sekitar pukul 14.00 WIB. ANTARAFOTO/Destyan Sujarwoko/aww.

Pelita.online – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di beberapa wilayah Jawa Timur untuk mewaspadai potensi tanah longsor dan banjir bandang besok, Minggu (11/4/2021). Ini terutama jika terjadi hujan intensitas sedang hingga lebat pascagempa tektonik berkekuatan 6,1 di Malang yang terjadi hari ini, Sabtu (10/4/2021) pukul 14.00 WIB.

“Mohon waspadai potensi longsor dan banjir bandang jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat setelah terjadi gempa,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada konferensi pers virtual, Sabtu (10/4/2021).

BMKG Jawa Timur hari ini juga telah mengeluarkan peringatan dini untuk 11 April 2021 berupa hujan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai petir dan angin kencang sesaat di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Hujan tersebut dikhawatirkan dapat memicu longsor pada lereng-lereng rawan dan rapuh akibat gempa bumi siang tadi.

Hujan itu juga dikhawatirkan dapat memicu banjir bandang, yang berpotensi terjadi antara lain di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Batu, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagun.

Masyarakat diimbau untuk menghindari lereng dan berada di lembah sungai apabila terjadi hujan.

Sebelumnya, BMKG mencatat gempa tektonik magnitudo 6,7 yang kemudian di-update menjadi magnitudo 6,1 di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa dengan episenter pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada kedalaman 80 km.

Gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Dampak dari gempa bumi itu, guncangan dirasakan di daerah Turen V MMI ( Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun ), Karangkates, Malang, Blitar IV MMI ( Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah).

Guncangan juga dirasakan di Kediri, Trenggalek, Jombang III-IV MMI, Nganjuk, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Yogyakarta, Lombok Barat, Mataram, Kuta, Jimbaran, Denpasar III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu ).

Masyarakat di Mojokerto, Klaten, Lombok Utara, Sumbawa, Tabanan, Klungkung, Banjarnegara juga merasakan guncangan pada skala II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ).

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly mengatakan, dengan kekuatan gempa yang cukup besar dan dampak guncangan dirasakan hingga V MMI diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan.

“Yang paling penting masyarakat tetap tenang dan mendapatkan informasi yang tepat, hindari bangunan yang retak dan tebing-tebing yang rawan longsor,” kata Muhamad Sadly.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setyo Prayitno menambahkan, berdasarkan hasil monitoring BMKG tercatat tiga kali gempa bumi susulan dengan kekuatan magnitudo dibawah 4,0.

Menurut Bambang, dampak kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut tergantung pada kualitas bangunan dan sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi setempat.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, gempa di selatan Malang tersebut bukan termasuk Gempa Megathrust, tetapi Gempa Menengah di Zona Beniof. Sebab, deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.

“Mekanisme sumber sesar naik ini sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami, namun patut disyukuri bahwa gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut, sehingga gempa ini tidak berpotensi tsunami,” ujar Daryono.

Zona gempa selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan, Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa Gempa Selatan Malang M6,1 ini berdekatan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972.

Terkait kejadian gempa tersebut, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Masyarakat juga harus memeriksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY