Cegah Stunting dengan Edukasi Gizi sejak Remaja

0

Pelita.online – Karakteristik perilaku konsumsi masyarakat Indonesia adalah senang makan manis, asin dan mengandung lemak. Asupan lemak rata-rata orang Indonesia memang hanya 32%, tidak lebih tinggi dibanding negara lain. Namun asupan lemak jenuhnya, 2 kali lipat dari negara lain dan ini adalah sumber dari segala penyakit.

Fiastuti Witjaksono, Dokter Spesialis Gizi Klinis UI, mengatkana, pada remaja, perilaku konsumsi yang tidak seimbang tersebut terlihat lebih jelas. Untuk itu, perlu focus pada remaja karena saat ketidaktepatan nutrisi akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan generasi yang akan datang. ila remaja melakukan diet yang salah akan berakibat gangguan pertumbuhan. Dan bila dietnya salah maka akan menjadi remaja yang pendek dan akan melahirkan bayi-bayi yang stunting.

“Ditambah lagi remaja sekarang terbiasa mengkonsumsi fast food dan junk food yang kandungan gula, garam dan lemaknya tinggi,” ungkap dr Fiastuti di sela webinar PP Muslimat NU, Jumat (9/4/2021).

Karena itu, lanjut dr Fiastuti, guna mencegah stunting, pemenuhan gizi remaja perlu diperhatikan. “Harusnya nutrisi remaja yang mengandung nutrian yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya seperti protein yang tinggi, jangan banyak gula. Dan saya tidak setuju jika anak diberi kental manis karena sama sekali tidak ada gizinya isinya hanya gula,” tegasnya.

Kementerian Kesehatan menyebutkan besaran masalah gizi remaja saat ini terlihat . Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan, 1 dari 4 remaja mengalami stunting, 1 dari 7 remaja mengalami kelebihan berat badan serta 50% remaja mengkonsumsi makanan manis lebih dai 1 kali sehari.

Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kemkes, Kartini Rustandi, yang hadir dalam kesempatan tersebut juga memaparkan, 1 dari 4 remaja mengalami stunting, 1 dari 7 remaja mengalami kelebihan berat badan serta 50% remaja mengkonsumsi makanan manis lebih dai 1 kali sehari. “Ini menjadi masalah mengingat remaja adalah investasi negara, calon pemimpin. Karena itu Kementerian Kesehatan mengapresiasi edukasi-edukasi yang dilakukan oleh masyarakat,” jelas Kartini Rustandi.

Sebagaimana diketahui, upaya penanggulangan stunting harus dimulai jauh ke belakang, yaitu dengan memberi perhatian pada kesehatan remaja dan terutama calon ibu. Sebab stunting bukan hanya persoalan saat anak mengalami persoalan gizi. Pencegahan stunting harus diawali dengan memastikan calon ibu benar-benar siap menghadapi 1000HPK.

Sementara, perkembangan kesehatan saat remaja sangat menentukan kualitas seseorang untuk menjadi individu dewasa. Masalah gizi yang terjadi pada masa remaja akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa serta berisiko melahirkan generasi yang bermasalah gizi.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua TP PKK Jawa Timur Arumi Bachsin mengungkapkan, penanganan stunting di wilayahnya adalah prioritas yang langsung dipimpin oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. “Intervensi stunting memang harus saat dalam kandungan namun itu saja sudah telat, moment yang paling tepat adalah ketika remaja, sehingga mereka siap untuk menjadi ibu,” papar Arumi.

Arumi juga mengakui, saat ini penyumbang terbesar stunting adalah tingginya pernikahan diusia anak. Penyebabnya adalah kemiskinan, putus sekolah, kurangnya pendidikan baik formal maupun non formal. Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya edukasi tentang gizi disampaikan secara gamblang, salah satunya adalah edukasi mengenai konsumsi kental manis yang masih jamak diberikan masyarakat sebagai minuman untuk anak-anak.

Sementara itu, Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang VII PP Muslimat NU mengatakan sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan SDM unggul, PP Muslimat NU akan terus melakukan edukasi gizi untuk masyarakat.

“Sejak 2018 telah dilakukan kegiatan sosialisasi ke beberapa wilayah di Indonesia untuk mensosialisasikan pentingnya pengetahuan gizi dan peruntukan kental manis. Selain itu juga dilakukan penelitian di beberapa wilayah untuk memperkuat edukasi dan upaya advokasi fakta kental manis di berbagai kalangan,” jelas Erna.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY