Curhat WNI soal Invasi-Krisis Rusia: Dilarang Bicara Politik di Kampus

0

Pelita.Online – Salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang berkuliah di Rusia menceritakan pengalamannya tinggal di Negeri Beruang Merah kala negara itu terus menjadi sorotan sejak melancarkan invasi ke Ukraina.
Rusia langsung menjadi target kecaman,isolasi, hingga embargo internasional di hampir segala bidang terutama ekonomi. Sebagian warga mengatakan hidup di Rusia semakin sulit lantaran berbagai fasilitas barang dan jasa dari berbagai negara terutama negara Barat ramai-ramai menutup usaha mereka di negara itu sebagai protes terhadap invasi ke Ukraina.

Rusia bahkan mengesahkan undang-undang baru yang bisa menghukum siapa saja yang dinilai menyebarkan informasi palsu soal operasi militernya di Ukraina.

Seorang mahasiswa asal Indonesia, Dani, bukan nama sebenarnya, mengatakan sejak awal invasi ada sejumlah dosen yang melarang diskusi politik di kelasnya.

Akhir Agustus lalu, dosen tersebut kembali menyuarakan peringatan soal pelarangan itu.

“Ada pelarangan untuk berdiskusi politik di kampus,” kata Dani kepada CNNIndonesia.com saat ditanya soal situasi terakhir di Rusia, Rabu (28/9).

Ia menegaskan memang tak ada aturan tertulis, tetapi banyak dosen berkali-kali memperingatkan larangan diskusi politik selama di kelas.

“Dosen selalu mengingatkan ‘tak diperkenankan untuk bicara tentang politik di kelas saya’,” kata Dani menirukan sang dosen.

Namun, Dani menjelaskan di luar kelas diskusi politik tetap banyak terjadi. Biasanya sejumlah mahasiswa membicarakan politik saat jam istirahat.

Belakangan situasi di Rusia semakin bergejolak usai Presiden Putin menyerukan mobilisasi parsial pasukan cadangannya ke Ukraina. Mobilisasi dilakukan ketika pasukan Rusia mengalami kemunduran di Ukraina bahkan menyerah di sejumlah titik.

Namun, seruan mobilisasi Putin tak disambut baik warga Rusia. Demo besar-besaran terjadi sampai banyak warga laki-laki yang minggat ke negara tetangga.

Dani mengakui ada protes dari kelompok usia remaja usai pengumuman itu.

“Beberapa remaja melakukan aksi demo ketidaksetujuan atas mobilisasi parsial. Banyak [juga] warga yang berupaya untuk melarikan diri,” ujar dia.

Beberapa media menyebutkan tiket pesawat dari Rusia ludes. Di jalur darat, antrean mobil di perbatasan negara itu mencapai 16 kilometer.

Namun, Dani tak melihat langsung fenomena warga ‘kabur massal’ di Rusia. Ia hanya mendengar kabar itu dari sesama mahasiswa.

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY