Ibu Tien Wanita Hebat di Balik Kesuksesan Pak Harto

2

Pelitaonline.id – Di balik sukses seorang pria, pasti ada wanita hebat di belakangnya. Kalimat inilah yang dapat menggambarkan sosok salah seorang tokoh wanita Indonesia yang tak akan pernah dilupakan dalam sejarah bangsa Indonesia yaitu Hj. Raden Ayu (R.A.) Fatimah Siti Hartinah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Tien Soeharto. Ibu Tien adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Purnawirawan H.M. Soeharto. Lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 23 Agustus 1923. Tien merupakan anak kedua dari 10 bersaudara pasangan KPH Soemoharjamo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.

Sejak kecil, Tien harus berpindah tempat tinggal mengikuti penugasan orang tuanya. Saat di Solo, Ibu Negara terlama ini bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah Belanda untuk bumiputera. Setelah lulus HIS, Ibu Tien lalu melanjutkan ke Sekolah Ongko Loro. Keinginan beliau untuk melanjutkan pendidikan agar dapat memasuki sekolah dokter tidak tercapai, karena disibukkan kegiatan belajar membatik, menari, dan menyanyi tembang Jawa.

Sejak remaja beliau aktif di garis belakang mempertahankan kemerdekaan dan menjadi pengurus aktif dalam Laskar Putri Indonesia. Setelah beliau menjadi Ibu Negara, beliau setia mendampingi Presiden Soeharto.

Setelah Jepang memasuki Solo, kegiatan yang dilakukan Ibu Tien semakin bertambah. Beliau mengikuti kursus bahasa Jepang dan bergabung dengan Laskar Putri Indonesia (LPI). Selama menjadi anggota LPI, Ibu Tien pernah ditempatkan di dapur umum Salatiga.

Di tengah suasana revolusi mempertahankan kemerdekaan, Ibu Tien bertemu Pak Harto yang kemudian melamarnya. Mereka menikah pada tanggal 26 Desember 1947 secara sederhana. Pada tahun 1967, alur kehidupan Tien berubah drastis. Melalui Sidang Istimewa MPRS, Soeharto secara aklamasi diangkat menjadi presiden menggantikan presiden Soekarno. Tien yang tadinya adalah istri prajurit kini menjadi istri presiden.

Sebagai Ibu Negara, tentu saja Ibu Tien mengemban banyak tugas yang tidak ringan. Hal pertama yang dia lakukan adalah membenahi istana negara. Ibu Tien menambahkan berbagai perangkat yang menonjolkan ciri khas Indonesia. Salah satu kontribusi terbesar yang pernah diberikan oleh Ibu Tien dan akan selalu diingat adalah gagasannya untuk membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Setelah kurang lebih selama 47 tahun mendampingi suaminya Soeharto, tepat pada hari Minggu, 28 April 1996, di RS Gatot Subroto, Jakarta, Siti Hartinah mengembuskan napas terakhirnya, karena serangan jantung. Jenasah Ibu Tien  dimakamkan di Cungkup Argosari Kompleks Astana Giribangun, Kec. Matesih, Kab.Karanganyar, Jawa Tengah. Setelah meninggal beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Dari hasil pernikahan dengan H.M. Soeharto,  Ibu Tien dikaruniai 6 orang anak, yaitu Siti Hardiyanti Hastuti (Mbak Tutut) – 23 Januari 1949, Sigit Harjojudanto – 1 Mei 1951, Bambang Trihatmodjo – 23 Juli 1953, Siti Hediati Hariyadi (Titik) – 14 April 1959, Hutomo Mandala Putra (Tommy) – 15 July 1962, dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek) – 23 Agustus 1964. (EK)

2 KOMENTAR

LEAVE A REPLY