Ini Pengakuan Guru Pembuat Soal Anies-Mega yang Viral di Medsos

0
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tiba di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (17/11/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangan terkait pelanggaran protokol kesehatan pada acara Maulid Nabi di Petamburan, Jakarta Pusat yang menimbulkan kerumunan. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

Pelita.online – Guru Kontrak Kerja Individu (KKI) di SMP 250 Cipete, Jakarta Selatan, Sukirno mengaku membuat soal “Anies Selalu Diejek Mega” di ujian sekolah hanya berdasarkan atas spontanitas. Menurut dia, tidak ada maksud apapun termasuk tujuan politis di balik pembuatan soal yang menjadi viral di media sosial tersebut.

“Spontanitas saja Pak, tidak ada maksud apa-apa Pak,” kata Sukirno ketika ditanya Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi dalam rapat kerja Komisi E DPRD DKI, Jakarta, Selasa (15/12/2020).

Prasetio beberapa kali dengan nada sedikit tinggi mempertanyakan alasan Sukirno menyebutkan nama dua pejabat publik dalam soal ujian sekolah, yakni Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Bahkan, menurut Prasetio, dalam soal ujian tersebut, Anies dibenturkan dengan Megawati.

“Kenapa punya insting buat nama Anies dan Bu Mega? Yang di otak bapak apa sih buat soal seperti itu? Bapak kan seorang guru? Tahun nggak Megawati itu siapa?” tegas Prasetio.

Sukirno kembali mengatakan dirinya tidak ada tujuan lain dalam membuat soal dengan menyebutkan nama dua pejabat publik. Dirinya membuat soal tersebut ketika ada perintah dari kepala sekolah membuat soal ujian untuk anak kelas 7 dengan kisi-kisi berdasarkan kurikulum yang dimiliki SMP 250 Cipete, Jakarta Selatan.

“Demi Allah Pak, saya tidak punya niat apa-apa, saya ketika membuat soal itu ada nama Anies,” tutur Sukirno.

Prasetio pun langsung mengingatkan Sukirno supaya tidak sembarang membuat soal yang membenturkan pejabat publik hanya karena alasan spontanitas. Pasalnya, kata Prasetio, tindakan tersebut merupakan bentuk indoktrinasi dan provokasi kepada para siswa.
“Jangan karena spontanitas, pakai nama Anies dan Megawati, nggak ada nama lain nggak? kan bisa. Saya Pak Pras dengan Pak Johnny, kan bisa Pak. Jangan contoh soal tokoh negara, tokoh republik Pak. Sebentar lagi, sesudah Bu Mega, Pak Jokowi, sebentar Pak SBY, sebentar lagi siapa yang disebutin, kan nggak betul itu guru. Tolong Bu Kepala Dinas Pendidikan, tidak boleh doktrin seperti ini, bahaya ini,” pungkas Prasetio.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY