Jakarta, Pelita. Online – Setiap tahun nelayan Kota Cirebon mengucap syukur atas hasil laut yang melimpah dengan mengadakan tradisi Nadran. Upacara ini sudah berusia ratusan tahun.
Sabtu (23/9/2017) ini, nelayan Kota Cirebon mengucap syukur atas apa yang sudah didapatkan dari laut Nusantara. Rasa syukur nelayan itu diungkapkan melalui tradisi Nadran.
Tradisi yang sudah dilaksanakan selama ratusan itu kini masih terjaga. Sesajen, yang isinya dua kepala kambing, buah-buahan, makanan, dan hasil tangkapan melaut ditaruh di perahu mini yang ukurannya 4×1 meter.
Sopyan menjelaskan Nadran merupakan ucapan rasa syukur kepada Maha Pencipta. Nelayan berharap ke depannya bisa lebih makmur dan sejahtera. Kendati kondisi nelayan di Kota Cirebon masih belum stabil.
Menurut dia, masih ada beberapa persoalan yang dianggap nelayan mempersulit aktivitas melaut, seperti Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 2/2015 dan Nomor 72/2016. Arad, alat tangkap yang digunakan nelayan Cirebon termasuk ke dalam alat tangkap yang dilarang untuk digunakan jika mengacu pada dua permen itu.
Kendati demikian, ia tetap bersyukur karena masih bisa melaut. Ia juga tak menampik sering dilanda kerugian saat hasil tangkapan ikan tak sepadan dengan ongkos melaut. “Ya penghasilan tak menentu, kadang juga rugi. Tapi, rasa syukur itu harus terus ada,” ujar Sopyan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Iwa Karniwa yang hadir dalam acara Festival Pesisiran Kota Cirebon menilai acara yang dihelat Pemkot Cirebon bersama para nelayan itu sangat luar biasa.
Ia berharap, ke depannya nelayan harus bisa lebih baik lagi. Iwa mengatakan tradisi Nadran di Kota Cirebon digelar di empat wilayah, yakni di Kampung Samadikun, Kampung Pesisir, Kampung Cangkol, dan Kampung Selatan Kejawanan.