Bunga Acuan BI Sudah Turun, Bunga Kredit Paling Cepat Tahun Depan

0
Gambar ilustrasi

Jakarta, Pelita. Online – Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI 7days repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25% dari sebelumnya 4,5%. BI mengharapkan penurunan bunga acuan bisa mendorong intermediasi perbankan dan korporasi yang saat ini masih berkonsolidasi.

Direktur PT Bank Mayapada Internasional Tbk, Hariyono Tjahjarijadi mengatakan, penurunan suku bunga kredit dalam merespons dipangkasnya bunga acuan bisa terjadi. Namun, hal tersebut harus diiringi dengan kondisi likuiditas perbankan yang normal.

“Penurunan BI 7days repo rate bisa mendorong penurunan suku bunga dan kemungkinan suku bunga kredit bisa turun di awal tahun depan,” kata Hariyono saat dihubungi detikFinance, Sabtu (23/9/2017).

Berdasarkan suku bunga dasar kredit (SBDK) perseroan per 31 Agustus 2017, bunga kredit korporasi tercatat 11,5%, kemudian untuk bunga kredit ritel 11,8%, lalu bunga kredit mikro 13,8%, bunga kredit konsumsi KPR 11,5% dan konsumsi non KPR 11,4%.

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Herry Sidharta mengatakan, penurunan suku bunga acuan BI diharapkan bisa diikuti dengan penurunan pada bunga kredit perbankan.

“Secara bertahap tentunya bunga kredit perbankan bisa turun,” ujar dia.

Berdasarkan suku bunga dasar kredit (SBDK) perseroan per 31 Juni 2017 bunga kredit korporasi tercatat 10,25%, kemudian bunga kredit ritel 9,95%, bunga kredit konsumsi KPR 10,5% dan konsumsi non KPR 12,5%.

Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, efek penurunan 7 days repo rate diprediksi baru dirasakan awal 2018 yakni periode Maret atau April.

Dia menjelaskan, transmisi penurunan suku bunga acuan ke bunga kredit memang cenderung lambat. Hal ini karena risiko penyaluran kredit ke sektor riil masih tinggi. Ini dibuktkan dari rasio kredit bermasalah per Juli yang masih di kisaran 3%.

Beberapa sektor seperti perdagangan NPL-nya masih di atas 4,6% lebih tinggi dari posisi Juni 2017. Kemudian untuk sektor manufaktur secara umum NPL nya 3,3%.

“Ini artinya dalam menurunkan bunga kredit bank juga akan mempertimbangkan kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan,” ujar Bhima.

Bhima menjelaskan, selain kondisi perekonomian juga ada masalah dari likuiditas yang membuat suku bunga deposito turun, meskipun lambat. Sehingga akhirnya, net interset margin (NIM) atau pendapatan bunga bersih bank masih ber ada di atas 5,3%.

“Ini untuk mengkompensasi potensi tekanan likuiditas terlebih Bank Sentral AS yang tengah melakukan normalisasi balance sheet pada Oktober mendatang,” ujarnya. Sehingga sampai awal 2018 bank masih melakukan konsolidasi dan menahan ekspansi.

Dari data uang beredar BI per Juli 2017 bunga kredit perbankan tercatat 11,73% lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya 11,77%.

Pertumbuhan kredit hingga Juli 2017 masih rendah, yaitu 8,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Biasanya pertumbuhan kredit bank berada di atas 10%.

Detik.com

LEAVE A REPLY