Khofifah: Perempuan Harus Siap Jadi Pelopor Perdamaian

0
Gambar ilustrasi

Jakarta, Pelita. Online – Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta kaum perempuan masa kini memiliki peran sebagai agen perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, perempuan dituntut untuk lebih cepat dan lebih cerdas dalam membaca serta antisipasi terhadap situasi dan kondisi di lingkungannya.

“Perempuan era kini harus memiliki keterampilan dalam mencegah terjadinya konflik, melakukan mediasi, dan menyelesaikan masalah. Itu tantangan yang harus bisa dilakukan,” kata Khofifah di sela-sela peringatan Hari Perdamaian Internasional 2017 di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, seperti tertulis dalam siaran persnya, Selasa (10/10).

Menurutnya, keberagaman yang ada di Indonesia berpotensi menimbulkan berbagai gesekan dan konflik di tengah-tengah masyarakat. Baik konflik akibat politik, ekonomi, suku, agama, ras, dan perbedaan pendapat.

Maka dari itu, Khofifah mengatakan, akar mula konflik harus dipahami betul. Sehingga jangan sampai upaya damai yang dilakukan justru membuat gesekan semakin keras atau kembali terulang.

Khofifah melanjutkan, dalam konteks peran, saat ini sudah tidak ada beda antara kaum laki-laki dengan perempuan. Peran kaum perempuan sudah masuk ke semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara, baik sebagai perencana pembangunan, pelaksana maupun sebagai penerima manfaat pembangunan.

Khofifah juga menekankan kaum perempuan sekarang untuk terus meningkatkan kemampuan dan peranan dalam masyarakat dan lingkungan sekitarnya. “Secara profesional tidak ada lagi pembedaan peluang dan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan. Jadi peningkatan kemampuan dan kapasitas diri perempuan harus senantiasa dilakukan agar semakin berdaya saing,” ujar Khofifah.

Khofifah menambahkan, pendidikan di pondok pesantren sudah mengajarkan kesetaraan perlakuan hak antara kaum laki-laki dengan perempuan. Bahkan, dalam Islam, peran perempuan diposisikan sangat penting dan mulia dalam menyiapkan generasi bangsa, sekaligus membangun peradaban.

“Sehingga ketika Nabi Muhammad SAW ditanya siapa yang patut dihormati? dijawab ibumu. Siapa lagi? Ibumu. Siapa lagi?  Ibumu. Baru bapakmu,” kata Khofifah.

Republika.co.id

LEAVE A REPLY