KURS RUPIAH 4 SEPTEMBER: Spot Garuda Jatuh ke 14.935/US$

0

Pelita.Online, JAKARTA – Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 120 poin atau terdepresiasi 0,81% ke level Rp14.935 per dolar AS pada penutupan perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (4/9/2018).

Pagi tadi, nilai tukar rupiah terpantau dibuka terdepresiasi tipis 8 poin atau 0,05% di posisi 14.823. Lalu, pergerakannya sempat rebound 35 poin atau 0,24% ke level Rp14.780 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan pagi, Selasa (4/9/2018).

Intervensi Bank Indonesia sepertinya sempat menahan tekanan terhadap mata uang Garuda, sampai akhirnya tetap jatuh hingga ke level terendah 20 tahun. Mata uang Garuda telah melemah pada perdagangan hari keenam berturut-turut.

Kemarin, nilai tukar rupiah menyentuh level terendahnya sejak krisis moneter 20 tahun lalu pada perdagangan hari ini, Senin (3/9/2018). Nilai tukar tukar rupiah ditutup melemah 105 poin atau 0,71% ke level Rp14.815 per dolar AS, terendah sejak Juni 2018. Di awal perdagangan dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,24% di posisi Rp14.745.

Sepanjang tahun ini, rupiah mencatat kinerja terburuk kedua dibandingkan dengan mata uang lainnya di kawasan Asia. Rupiah telah melemah 8,5% sejak awal tahun 2018.

Ekonom Senior Indef, Faisal Basri mengatakan penyebab fundamental pelemahan rupiah adalah defisit akun lancar. Berapa pun besaran defisit akun lancar, rupiah tertekan.

“Hanya saja, tekanan sedikit mereda jika arus masuk modal asing (capital inflows) melebihi defisit akun lancar seperti terjadi pada 2014, 2016, dan 2017. Karena arus modal masuk lebih banyak berupa “uang panas” alias investasi portofolio,” ungkap Faisal, seperti dilansir Bisnis.com, Senin (3/9/2018).

Faisal menambahkan, pergerakan rupiah juga sangat rentan terhadap tekanan eksternal. Sedikit saja terjadi gejolak keuangan global, rupiah akan tertekan. Sedikit saja terjadi gejolak keuangan global, rupiah langsung lunglai, yang kerap dijadikan kambing hitam oleh para pembuat kebijakan ekonomi.

Ketika cadangan devisa melorot sebanyak US$13,7 miliar dalam 6 bulan terakhir—yang antara lain digunakan untuk menahan kemerosotan rupiah—dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-day repo rate) sudah dinaikkan empat kali sebesar 125 basis poin dalam rentang waktu 3 bulan, rupiah terus melemah sehingga pemerintah meluncurkan serangkaian kebijakan, ungkap Faisal.

Sementara itu, head of trading wilayah Asia Pacific di Oanda, Stephen Innes mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia dan ketergantungan terhadap impor minyak juga turun menjadi penekan rupiah.

Bisnis.com

LEAVE A REPLY