Lamanya Waktu Tunggu Haji dan Dilema Penambahan Kuota

0
Gambar ilustrasi

Jakarta, Pelita. Online – Indonesia adalah negara penyumbang jemaah haji terbanyak di dunia. Tahun ini kuota mencapai 221 ribu jemaah. Di sisi lain, waktu tunggu calon haji cukup lama. Perlukah penambahan kuota?

Potensi penambahan kuota disampaikan Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel. Menurut dia, ada beberapa celah yang memungkinkan Indonesia mendapatkan kuota lebih dari 221 ribu. Dalam hitungan kasar, kuota bisa ditingkatkan hingga 300 ribu.

Caranya, kata Agus, Indonesia bernegosiasi dengan Pemerintah Saudi. Selain itu juga meminta jatah kuota negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Agus sendiri adalah Wakil Tetap RI di OKI dan tentu saja memiliki hubungan baik dengan negara-negara yang tak memanfaatkan kuota secara maksimal.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tak berani mengambil risiko. Menurut dia, untuk saat ini, penambahan kuota sangat riskan dan berbahaya. Pertimbangannya lebih ke faktor fasilitas jemaah haji di Saudi, terutama di Mina.

Tahun ini, karena kuota bertambah dan tenda-tenda di Mina tetap, maka jemaah desak-desakan. Sebagian mengeluh. Menag mengajukan langsung protes ke penyelenggara haji Saudi terkait hal tersebut.

Mina tak bisa diperluas karena terkait syari atau aturan agama. Tapi, menurut Menag, space atau ruangnya tetap bisa diakali sehingga kapasitasnya ikut bertambah. Tenda-tenda dijadikan bertingkat misalnya.

“Kami akan melobi pemerintah Saudi agar infrastruktur Mina bisa ditingkatkan. Saya berharap Pak Dubes bisa meyakinkan Saudi,” tutur Menag di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, Sabtu (9/9/2017).

Menag enggan mengaitkan penambahan kuota dengan daftar tunggu calon haji. Sekadar diketahui, waktu tunggu di sejumlah daerah terhitung lama. Paling cepat di Seluma Bengkulu yakni 8 tahun, paling lama di Sidrap Sulawesi Selatan 35 tahun!

Menag menjelaskan, selain tenda, toilet di Mina juga perlu diperbanyak. Saat ini tidak memadai untuk ratusan ribu jemaah Indonesia. Setiap waktu antrean mengular. Tak hanya jemaah, Menag ikut merasakan kondisi itu.

Mina merupakan titik krusial dalam ibadah haji. Di tempat itu, jemaah mabit atau bermalam sebelum melempar jumrah. Jarak dari Mina ke Jamarat (tempat melempar jumrah) sekitar 2-3 kilometer.

Tahun ini, prosesi haji, termasuk di antaranya lempar jumrah, berlangsung lancar. Hanya pada melempar jumrah pertama, Jumat (2/9), sebagian jemaah tumbang. Mayoritas tak memperhatikan kondisi tubuh karena didorong rasa penasaran terhadap jamarat. Hari berikutnya, tak ada masalah.

Detik.com

LEAVE A REPLY