Masalahnya Adalah, Jack Ma Dianggap Lebih Terkenal dari Rezim Tiongkok

0

pelita.online-Triliunrer Jack Ma adalah sosok langka di Tiongkok — pengusaha karismatik yang bicara apa adanya dan menyingkirkan batasan-batasan di sekelilingnya.

Karakter unik pendiri Alibaba ini membuatnya terkenal di dalam dan luar negeri. Namun, hal itu juga yang menempatkan kerajaan bisnisnya — dan dirinya sendiri — dalam risiko besar.

Masalah dimulai pada akhir Oktober 2020 setelah Ma mengkritik pihak regulator Tiongkok dalam sebuah konferensi di Shanghai.

Di saat perusahaan teknologi miliknya Ant Group bersiap melakukan penawaran saham perdana (IPO) yang diprediksi akan memecahkan rekor nilai tertinggi di dunia, dia menuduh penguasa menghambat inovasi dan menyebut perbankan di Tiongkok punya mentalitas seperti rumah gadai.

Beijing segera membalas. Dalam hitungan hari, regulator membatalkan IPO itu, setelah memanggil dan menginterogasi Ma dan manajemen Ant Group.

Pekan-pekan berikutnya, regulator memerintahkan Ant untuk merestruktur manajemen. Mereka bahkan memperluas cakupan penyelidikan ke Alibaba, yang sekarang menjadi sorotan karena dugaan monopoli.

Ma sendiri tidak pernah muncul di muka umum sejak pidatonya di Shanghai dan hal itu segera menjadi perhatian dunia mengingat reputasinya selama ini.

“Menurut saya inti dari pesan yang ingin disampaikan [Partai Komunis Tiongkok] adalah boleh saja para pengusaha teknologi menjadi orang paling glamor dan paling disukai di dunia. Namun, tidak ada seorang pun atau satu perusahaan pun yang boleh lebih hebat dari Partai Komunis Tiongkok,” kata Rana Mitter, profesor bidang sejarah dan politik Tiongkok di Oxford University, seperti dikutip CNN.

Banyak pemerhati masalah Tiongkok yang mengatakan Ma saat ini sedang “tiarap” karena penguasa sedang mengincar bisnisnya.

Beijing bisa jadi sedang bersikap adil dalam memberi sanksi keras bagi tokoh-tokoh kondang Tiongkok yang dinilai melawan kepentingan Partai Komunis.

Artis terkenal Fan Bingbing, misalnya, mendadak menghilang pada 2018 sebelum akhirnya muncul lagi tahun berikutnya untuk meminta maaf karena skandal pengemplangan pajak.

Pengusaha real-estate Ren Zhiqiang juga tidak terdengar lagi kabarnya selama berbulan-bulan tahun lalu setelah dia mengkritik kebijakan Presiden Xi Jinping dalam menangani wabah virus corona. Dia akhirnya diganjar hukuman penjara 18 tahun dengan tuduhan korupsi.

Mantan Guru
Ma dulu adalah guru Bahasa Inggris yang sederhana, sebelum kemudian tumbuh menjadi ikon tentang kemakmuran ekonomi dan kehebatan sistim kewirausahaan Tiongkok.

Dia membangun Alibaba menjadi perusahaan teknologi yang bernilai US$ 500 miliar serta mendulang kekayaan pribadi senilai US$ 50 miliar.

Seiring pertumbuhan perusahaan-perusahaan dia, Ma menjadi semacam duta yang mewakili sisi bersahabat Tiongkok bagi pengusaha dan investor dunia.

Dai kerap bertemu para kepala negara – makan siang dengan Barack Obama dan ber-swafoto dengan David Cameron — dan tahun lalu memberi bantuan kemanusiaan terkait pandemi Covid-19 ke seluruh dunia. Bahkan juga ke Amerika!

Gaya dia sebagai eksekutif Alibaba juga cukup flamboyan. Pernah dia tampil di atas panggung menyanyikan “Unchained Melody” dalam rapat perusahaan, atau hadir dengan kostum unik, atau muncul dalam acara yang melibatkan selebritas kondang seperti David Beckham dan Nicole Kidman.

Dalam tahap tertentu, penguasa di Tiongkok menyukai fakta bahwa Ma bisa mewakili versi Tiongkok yang kaya dan glamor.

“Karena salah satu hal yang nyaris tidak mungkin dilakukan Partai Komunis Tiongkok adalah menghadirkan soft power di dunia,” kata Mitter, si profesor dari Oxford.

Soft power adalah kemampuan negara dalam menyebarkan pengaruh global melalui budaya, seni, olahraga atau hal-hal lain kecuali kekuatan militer dan dominasi politik. Misalnya Korea Selatan dengan K-Pop yang digandrungi anak muda di banyak negara di dunia.

Pemerintah Tiongkok memberi dukungan besar bagi pertumbuhan perusahaan Ma di dalam negeri seperti Alibaba, Ant Group, Tencent, dan Baidu, sembari menutup pintu bagi rival mereka asal Amerika.

Beragam perusahaan miliknya itu nyaris sudah menjadi urat nadi dalam interaksi sosial, hiburan, dan perdagangan di Tiongkok.

Terancam
Namun, para penguasa Tiongkok lambat laun mulai menilai bahwa pengaruh yang begitu kuat bisa berkembang menjadi ancaman terhadap stabilitas politik dan ekonomi negara itu.

Ant Group, misalnya, mampu melakukan pungutan pinjaman dengan relatif bebas aturan seperti yang berlaku bagi bank-bank komersial lain.

“Upaya mengerem perusahaan-perusahaan teknologi raksasa adalah bagian dari sebuah proses yang lebih luas oleh Partai Komunis untuk mengambil alih kendali, dan kembali lagi ke narasi bahwa inovasi teknologi di Tiongkok hanya boleh berjalan sesuai persyaratan yang dibuat partai itu,” kata Mitter.

Dalam beberapa bulan terakhir, campur tangan pemerintah di industri ini makin terang-terangan. September lalu misalnya, Partai Komunis merilis panduan yang menyerukan para anggotanya untuk “mendidik para pengusahan swasta agar belajar tentang pemikiran ideologi sosialisme.”

Dalam sebuah konferensi bulan lalu, Presiden Xi juga memberi sinyal akan menindak perusahaan teknologi dengan mengatakan negara harus memperkuat upaya memerangi monopoli dunia maya dan mencegah “ekspansi modal yang liar”.

Dalam beberapa pekan, undang-undang yang lebih ketat disahkan. Alibaba diselidiki, aturan yang lebih ketat diterapkan pada Ant Group dan selain itu penguasa memperingatkan perusahaan lain agar tidak menciptakan monopoli atau menyalahgunakan data konsumen untuk meraih profit.

Sengaja Menepi?
Ma, seorang anggota Partai Komunis, masih belum muncul. Laman sosial media dia juga masih sepi sejak Oktober, ditambah absennya dia dalam ajang adu bakat kewirausahaan di Afrika yang dia bentuk.

Alibaba mengatakan Ma absen karena bentrok dengan jadwal yang lain.

Beijing tidak pernah ragu dan menutupi berita kalau mereka mendenda atau bahkan memenjarakan pengusaha kondang yang berani mengkritik pemerintah. Misalnya dalam kasus Ren, yang dipenjara karena korupsi setelah dia membuat tulisan yang menyindir Xi sebagai “badut” yang haus kekuasaan.

Jadi, bisa saja Ma memang sengaja menyepi, setidaknya untuk saat ini.

Pemerintah Tiongkok tampaknya ingin agar versi mereka tentang IPO Ant Group yang mendominasi pemberitaan, kata Duncan Clark, penulis buku “Alibaba: The House that Jack Ma Built”.

Ant Group tampaknya menyadari bahwa tidak ada gunanya kalau mereka memberi “pendapat berbeda”, kata Clark, yang juga pendiri perusahaan konsultan bisnis BDA China.

Ia menduga bahwa suatu saat nanti Ma akan muncul dan membuat statemen yang telah didikte sebelumnya tentang pentingnya kontribusi terhadap reformasi di Tiongkok.

“Ia sudah menerima sinyal kalau ‘saya bicara terlalu banyak, itu menjadi masalah jadi saya harus diam’,” kata Angela Zhang, profesor di University of Hong Kong.

Satu-satunya
Ada satu hal yang kelihatannya sudah jelas.

Di tengah menguatnya tekanan penguasa Tiongkok atas perusahaan teknologi, dunia industri mulai menyadari bahwa tidak akan ada orang seperti Ma lagi di Tiongkok.

CEO Alibaba Daniel Zhang, yang menggantikan Ma pada 2019, lebih suka memakai pendekatan kompromistis. November lalu, dia menyebut upaya pemerintah membatasi perusahaan internet “tepat waktu dan penting.”

Hilangnya sosok kritis seperti Ma bisa membawa konsekuensi sendiri bagi Beijing, kata Mitter.

Banyak negara, khususnya di dunia Barat, sudah menganggap Tiongkok dan semua bisnisnya sebagai potensi ancaman, karena semua korporasi besar Tiongkok dinilai bekerja untuk rezim.

Dengan membungkam para pengkritik di dalam negeri, pandangan dunia soal itu akan makin kuat.

“Kemampuan tokoh seperti Jack Ma untuk bicara keras makin susah, dan saya kira ini akan menjadi masalah juga bagi Tiongkok sendiri dalam menyebarkan soft power,” kata Mitter.

“Tidak akan ada seorang pun di dunia ini yang akan serius menanggapi tokoh-tokoh dari sebuah negara yang berkeliling dunia hanya untuk meneriakkan slogan pemerintahnya,” imbuh dia.

Sumber: CNN

LEAVE A REPLY