Melihat ‘Dai Bus Kota’ Temani Perjalanan Penumpang di Bandung

0

Pelita.online – Bus umum tak melulu identik dengan keberadaan pengamen dan pedagang asongan. Di Kota Bandung, sejumlah dai secara sukarela memberikan tausiah kepada penumpang bus.

Seperti yang terjadi di Bus Damri jurusan Alun-alun-Ciburuy, Sabtu (1/6/2019). Tampak dua orang pria mengenakan baju koko sambil menenteng pengeras suara bergegas menaiki bus yang akan berangkat dari Alun-alun Bandung.

Seorang pria mengenakan koko oranye lalu menyapa penumpang dan menyampaikan tujuannya berada di dalam bus. Ia meminta izin kepada penumpang untuk menyampaikan tausiah singkat menemani perjalanan ke tujuan masing-masing.

“Kami ingin menyampaikan sedikit tausiah untuk para penumpang. Semoga menjadi berkah untuk kita semua. Kami tidak meminta (uang), hanya ingin memberi tausiah,” kata Dai bernama Budi Aban tersebut.

Budi langsung mempersilahkan rekannya yang mengenakan koko hitam untuk memberikan tausiah. Dai bernama Saleh Muslim itu lalu berbicara mengenai pesan dakwah kebahagiaan kepada penumpang.

Sementara dai berdakwah, penumpang ada yang duduk memperhatikan, juga ada yang mengobrol dan sibuk memainkan ponselnya. Meski begitu, dai bisa menyelesaikan tausiahnya tanpa hambatan.

Usai menyampaikan tausiah, Budi dan Saleh turun di kawasan Jamika. Keduanya lalu menaiki Bus Damri lain yang hendak menuju Alun-alun Bandung sambil melanjutkan tausiahnya. Kali ini, giliran Budi yang tausiah.

“Hikmah puasa itu ada empat. Pertama dapat ampunan, bau mulut dihargai seperti bunga kasturi, puasa jadi penolong, satu tiket khusus surga,” singkat isi pesan tausiah yang disampaikan Budi.

Kepada detikcom, Saleh mengaku pesan dakwah yang disampaikan dalam bus itu bersifat universal. Hal itu dilakukan agar pesan-pesan dakwah yang diberikan bisa diterima semua kalangan.

Pria yang juga penggagas ‘Dai Bus Kota’ ini sudah membuat buku yang isinya 30 ceramah dalam bus. Buku tersebut jadi panduannya ketika ingin tausiah di dalam bus.

“Pesan yang kita sampaikan universal, kebahagiaan, konsep mengenal diri, sifat-sifat manusia, kebersihan. Karena tidak semua yang ada di bus muslim, jadi bisa diterima semua pemeluk agama,” kata guru SDIT Luqmanul Hakim tersebut.

Menurutnya ‘Dai Bus Kota’ ini berlangsung sepekan sekali. Kesibukan masing-masing Dai membuat waktu ceramah hanya bisa dilakukan ketika akhir pekan di beberapa titik Kota Bandung.

“Jadi sepekan sekali minimal kita berdakwah bersama di beberapa titik jadi sudah dibagi. Memang ada 40 orangan (di komunitas dai bus kota), tapi belum optimal semua bisa. Karena kesibukan masing-masing juga, kebetulan saya guru,” ujar Saleh.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY