Mengkhidmati Ramadan di Tengah Riuh Keberagaman Sydney

0
Ramadan di tengah keberagaman Sydney./ Sumber foto : Muhammad Adli Kurniawan

SYDNEY, Pelita.Online – Sydney sebagai kota terbesar dan tersibuk di Australia merupakan kota dengan keberagaman budaya yang luar biasa. Kita hampir dapat menemukan orang dari berbagai maçam negara, suku dan agama dari seluruh penjuru dunia tinggal dengan menetap di Sydney, ataupun hanya sekedar berkunjung untuk berwisata.

Keberadan para imigran dari berbagai benua, terutama mereka yang pindah karena konflik di negara asal ataupun sekedar mencari suaka menjadi awal dari terbentuknya masyarakat Sydney yang beraneka ragam budaya. Selain itu, Sydney juga dikenal sebagai kota tujuan para pelajar internasional, rumah bagi ratusan ribu pelajar yang menuntut ilmu di berbagai kampus-kampus kelas dunia, sekolah tinggi kejuruan dan diploma, serta pelajar di tempat kursus bahasa Inggris.

Selanjutnya, tidak dapat dilupakan juga keberadaan dari para pemegang visa kunjungan-kerja (working holiday visa) dari negara-negara Eropa serta wisatawan dari berbagai penjuru dunia semakin memantapkan posisi Sydney sebagi kota dunia dengan keberagaman ras dan budaya.

Ini adalah tahun keempat aku menjalankan ibadah puasa di negeri seberang, Australia tepatnya di Kota Sydney. Empat tahun pula aku merasakan betapa berbedanya puasa di negara di mana Ramadan bukanlah bulan yang spesial kecuali bagi mereka yang menjalankannya, dalam hal ini umat Muslim.

Sebagai minoritas dalam masyarakat Australia yang multikultural, menjadi seorang muslim dan menjalankan puasa Ramadan merupakan kenikmatan tersendiri karena kita benar-benar mengamalkan kepercayaan dan ajaran agama sesuai dengan kemampuan dan kemantapan iman dengan segala macam cobaan dan godaan yang hadir dalam berbagai aspek kehidupan di kota besar, seperti Sydney misalnya.

Layaknya kota metropolitan lain di dunia, sangatlah mudah untuk menikmati hingar-bingar dunia di Sydney dengan segala gemerlapnya, yang tentunya beberapa tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tidak ada aturan bahwa tempat hiburan malam harus tutup selama bulan Ramadan, misalnya.

Ataupun aturan mengenai keharusan untuk menutupi tempat makan ataupun toko-toko penjual makanan dengan alasan menghormati mereka yang menjalankan ibadah puasa. Keinginan untuk menjalankan agama dan kepercayaan merupakan ruang pribadi di mana negara tidak akan hadir untuk mengaturnya.

Selama empat tahun pula Ramadan selalu memberikan makna yang berbeda, bulan ketika iman benar-benar menghadapi ujian sebenarnya, waktu untuk membuktikan bahwa menjadi muslim bukanlah penghalang untuk menjalankan perintah agama.

Kebetulan selama aku berpuasa di Sydney, Ramadan selalu jatuh pada musim dingin, waktu di mana siang hari lebih pendek dibandingkan malam. Selain itu, matahari tidak bersinar seterik biasanya dengan suhu udara rata-rata pada kisaran 15-18 derajat Celcius.

Berbicara mengenai kehidupan Muslim secara umum di Sydney, tidak menarik kiranya jika kita tidak memperhatikan aspek keberagamannya. Tumbuh dan memahami ajaran Islam di indonesia yang mayoritas muslim bermazhab Syafii, aku bersyukur dapat merasakan indahnya keberagamaan dalam Islam dari berbagai macam mazhab berbeda yang terdapat di Sydney.

Pergilah ke Lakemba dan Punchbowl, suburban di Sydney tempat menetapnya muslim dari Timur Tengah dan menikmati sajian kuliner khas Timur Tengah lalu berkunjung ke Masjid Lakemba atau dikenal dengan nama Imam Ali bin Abi Tholib Mosque.

Di lain kesempatan, cobalah untuk berbaur dengan komunitas Muslim dari Turki di Auburn, suburban Sydney tempat komunitas muslim Turki menetap dan anda akan melihat indahnya Masjid Gallipoli dengan menara dan kubahnya layakanya Hagia Sofia di Istanbul Turki.

Lalu ada komunitas muslim dari Asia Selatan yang menetap di Rockdale, dan tak lupa berkunjung di masjid komunitas muslim Indonesia yang berada di Tempe, Masjid Al-Hidayah namanya. Walaupun Islam bukanlah agama mayoritas di Sydney, namun bukanlah kesulitan untuk mencari tempat ibadah.

Memang, tidak semuanya berbentuk masjid layaknya di Indonesia, namun cukup representatif untuk menjalan ibadah salat. Masjid tersebar, sangat mudah dijangkau dan selalu menyajikan hidangan berbuka puasa setiap hari pada bulan suci Ramadan.

Ada kerinduan untuk menikmati ibadah puasa di Indonesia dengan semarak, aura, sajian kuliner menjelang berbuka, lantunan tadarus sehabis ibadah tarawih. Namun Ramadan di Sydney tidak kalah spesialnya dengan keberagaman muslim dari berbagai penjuru dunia, memahami bahwa sesunggunya Islam sendiri terdiri dari berbagai macam mazhab dan ajaranya.

Detiknews

LEAVE A REPLY