Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim Dianggap Mengabaikan Jati Diri Bangsa

0

Pelita.online – Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa Ki Cahyono Agus mengapresiasi tersusunnya peta jalan pendidikan 2020-2035 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun Cahyono menilai peta jalan di bawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim ini justru menghilangkan jati diri bangsa dan mengabaikan aspek sejarah Indonesia.

“Masih terasa kekosongan jiwa, tidak adanya roh dan akar unggulan budaya, religi, nusantara, historis, dan jiwa perjuangan nasionalisme,” kata Cahyono dalam keterangan tertulis, Sabtu, 21 November 2020.

Cahyono mengatakan peta jalan dan konsep Merdeka Belajar yang diusulkan Kemendikbud masih kental mengacu dan mengunggulkan konsep modern luar negeri. Namun di sisi lain, tak memperhatikan histori peta jalan pendidikan sejak zaman Indonesia belum merdeka.

Menurut Cahyono, peta jalan ini tak mempertimbangkan atau mengacu pada rekam jejak satu abad kiprah Tamansiswa yang didirikan Ki Hadjar Dewantara pada 1922, Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912, dan Nahdlatul Ulama oleh KH Hasyim Asyari pada 1926. Bahkan kata Cahyono, kiprah ketiga organisasi itu cenderung diabaikan.

“Justru malah kehilangan jati diri bangsa, tidak mengacu apalagi mengakar kuat pada budaya unggulan dan norma yang berkembang pada masyarakat sejak lama,” kata Cahyono.

Cahyono mengatakan Ki Hadjar Dewantara telah mengembangkan pendidikan nasional berbasis budaya lokal dengan proses akulturasi seni permainan seperti pendekatan Friedrich Froebel, pancaindera dan kemerdekaan (Maria Montessori), wirama (Rudolf Steiner), seni musik dan tari (Émile Jaques-Dalcroze), seni lingkungan dan alam (Rabindranath Tagore), sejak seabad lalu.

Menurut Cahyono, pendidikan merdeka bertanggung jawab telah dikembangkan Ki Hadjar puluhan tahun sebelum Indonesia merdeka. Namun dengan tetap berdasar jati diri bangsa, berakar kuat pada budaya luhur bangsa, dengan akultuasi sistem pendidikan unggulan dunia.

“Kalau sekarang pemerintah masih belanja masalah pendidikan masa depan dari berbagai mancanegara dan memformulasi kebijakan pendidikan nasional mulai dari awal lagi, tanpa memperhatikan historinya, berarti terjadi kemunduran seabad,” kata Cahyono.

Dia mengimbuhkan, Ki Hadjar Dewantara dengan tegas mengatakan bahwa sifat, bentuk, isi, laku hidup, dan kehidupan sendiri jangan berupa tiruan asing belaka. Cahyono pun meminta konsep pendidikan karakter khas unggulan nusantara tetap dipertahankan dan diperkaya.

“Dan disempurnakan agar menjadi acuan renaissance pendidikan generasi muda Indonesia emas, bukan memulai kompilasi lesson learn mancanegara dari awal lagi,” ucap dia. Cahyono pun berujar Tamansiswa siap berkontribusi memperkaya dan memperbaiki peta jalan pendidikan 2020-2035 yang telah disusun Kemendikbud.

 

Sumber : tempo.co

LEAVE A REPLY