Peringatan Satu Tahun Perang Ukraina, PBB Kucilkan Rusia

0

Pelita.online – Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) sepakat mengucilkan Rusia, Kamis, 23 Februari 2023, menandai satu tahun Moskow menginvasi Ukraina dengan menyerukan sebuah “perdamaian yang komprehensif, adil dan abadi” dan sekali lagi menuntut Moskow untuk menarik pasukannya dan berhenti berperang.

Hanya sehari setelah diplomat top China mengunjungi Moskow dan menjanjikan kemitraan yang lebih dalam dengan Rusia, Beijing mengambil sikap abstain dalam pemungutan suara.

Peringatan Satu Tahun Perang Ukraina, PBB Kucilkan Rusia

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

Jumat, 24 Februari 2023 08:25 WIB

Seorang pria duduk di depan blok apartemen yang hancur akibat konflik Rusia-Ukraina di Mariupol, Ukraina yang dikuasai Rusia, 5 Februari 2023. Rusia akan genap 1 tahun melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari mendatang. REUTERS/Alexander Ermochenko
Seorang pria duduk di depan blok apartemen yang hancur akibat konflik Rusia-Ukraina di Mariupol, Ukraina yang dikuasai Rusia, 5 Februari 2023. Rusia akan genap 1 tahun melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari mendatang. REUTERS/Alexander Ermochenko

TEMPO.COJakarta – Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) sepakat mengucilkan Rusia, Kamis, 23 Februari 2023, menandai satu tahun Moskow menginvasi Ukraina dengan menyerukan sebuah “perdamaian yang komprehensif, adil dan abadi” dan sekali lagi menuntut Moskow untuk menarik pasukannya dan berhenti berperang.

Hanya sehari setelah diplomat top China mengunjungi Moskow dan menjanjikan kemitraan yang lebih dalam dengan Rusia, Beijing mengambil sikap abstain dalam pemungutan suara.

Dengan sambutan yang meriah, resolusi itu diadopsi, Kamis, dengan 141 suara mendukung dan 32 abstain. Enam negara bergabung dengan Rusia untuk memberi suara tidak – Belarusia, Korea Utara, Eritrea, Mali, Nikaragua dan Suriah.

“Resolusi ini adalah sinyal kuat dukungan global tak kunjung padam untuk Ukraina,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang dipos di Twitter setelah pemungutan suara.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy menentang tindakan di PBB itu sebagai “tak berguna,” yang juga dipos di Twitter: “Apakah itu membawa perdamaian? Tidak! Apakah itu akan akan membesarkan hati para penghasut perang? Ya! Dengan demikian memperpanjang tragedi Ukraina.

Rusia menggambarkan resolusi itu sebagai “tidak berimbang dan anti-Rusia” dan menyerukan negara-negara untuk memberi suara tidak jika tidak dapat diubah. Sekutu Moskow, Belarusia gagal dalam upaya mengubah teks dengan perubahan yang memuat “pencegahan eskalasi konflik lebih lanjut melalui pemberian pihak-pihak dengan senjata-senjata mematikan.”

Negara-negara Barat telah menyediakan miliaran dolar dalam bentuk senjata kepada Ukraina sejak invasi Rusia. Amerika Serikat dan NATO dalam pekan terakhir menuduh China mempertimbangkan memasok senjata kepada Rusia dan memperingatkan Beijing terhadap langkah semacam itu.

“Satu tahun krisis Ukraina, fakta-fakta brutal menawarkan bukti yang cukup bahwa mengirim senjata-senjata tidak akan membawa perdamaian,” kata wakil Duta Besar China untuk PBB Dai Bing menjelang pemungutan suara. “Menambah bensin ke api hanya akan memperburuk ketegangan.”

Keabstainan China tampaknya untuk mencerminkan upaya untuk tetap di pagar diplomatik atas perang di Ukraina. Beijing mengatakan kedaulatan dan integritas teritorial semua negara harus dihormati, tetapi – pengakuan kegelisahan Rusia tentang NATO – yakin semua kekhawatiran keamanan harus diatasi.

China memberi suara menentang dua resolusi yang diadopsi Majelis Umum PBB tahun lalu yang mengambil aksi khusus – menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia dan menyatakan Rusia harus bertanggung jawab karena merampas Ukraina.

Upaya China untuk “mempertahankan sikap kenetralan ini, mengakui kepada dunia bahwa mereka tidak berpihak – tetapi mereka jelas telah memilih satu pihak,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Kamis.

Ia mengatakan China “telah memberikan dukungan penting kepada Rusia dalam setahun terakhir,” dengan menyebutkan bantuan non-letal yang disediakan perusahaan-perusahaan China yang terkait dengan negara itu.

Moskow berusaha memecah pengucilan internasional. Ketika Rusia dan barat bersaing untuk memberi pengaruh diplomatik, beberapa negara – terutama Selatan – memiliki kekhawatiran tentang ongkos yang harus ditanggung karena terjepit di tengah-tengah persaingan geopolitik yang intens.

“Meskipun kami mendukung fokus resolusi pada prinsip-prinsip piagam dan hukum internasional, ini jelas tidak membawa kita lebih dekat untuk menetapkan dasar-dasar bagi perdamaian yang abadi dan mengakhiri kerusakan dan kehancuran,” kata Duta Besar Afrika Selatan untuk PBB, Mathu Joyini, yang abstain.

Brazil memberi suara mendukung resolusi, tetapi Duta Besarnya Ronaldo Costa Filho mengatakan “saatnya telah datang untuk membuka ruang dialog dan memulai rekonstruksi.”

Majelis Umum menjadi fokus untuk tindakan PBB atas Ukraina, karena Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara lumpuh karena kekuatan veto Rusia dan Amerika Serikat, selain China, Prancis dan Inggris.

Dewan Keamanan telah menyelenggarakan puluhan pertemuan membahas Ukraina tahun lalu dan akan membahas perang itu lagi, Jumat, dalam pertemuan tingkat menteri, yang dijadwalkan dihadiri Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Para diplomat mengatakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tidak dijadwalkan untuk hadir.

Sumber : tempo.co

 

LEAVE A REPLY