Ponpes di Sleman Jadi Klaster Covid-19

0

Pelita.online – Terkait dengan penularan virus Corona di tiga Pondok Pesantren di Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menyebut bahwa dari total kasus dari ketiga Ponpes yakni Padanaran, MBS, dan Hidayatullah yang berjumlah 48 kasus dan diperkirakan akan bertambah lagi, telah menjadi klaster penularan.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo menuturkan di Sleman terdapat 145 Ponpes, sementara yang sudah mengajukan permohonan rekomendasi operasional sebanyak 60 Ponpes. Dari jumlah itu, 25 ponpes telah mendapatkan rekomendasi.

“Saat asesmen atau permohonan rekomendasi sudah diupayakan tertib protokol kesehatan, dan Ponpes yang sudah buka ini sebenarnya sudah tertib, dengan menyediakan bangunan untuk karantina mandiri. Dan semua santri yang masuk, sudah melalui karantina 14 hari. Tetapi jika masih terjadi penularan juga, ini akan kami kaji kembali,” katanya, Kamis (1/9/2020).

Dikatakan, kasus positif ditemukan di dua Ponpes di wilayah Ngaglik dan satu di wilayah Prambanan, dan sudah dilakukan tracing terhadap 222 penghuni Ponpes di Ngaglik, serta 59 penghuni Ponpes di Prambanan.

“Kasus positif di Ngaglik saat ini isolasi mandiri di Ponpes karena mereka punya fasilitas memadai. Kalau yang dari Prambanan, dirawat di Asrama Haji Sleman karena OTG,” ujarnya.

Dengan munculnya transmisi di lingkup pendidikan ini Dinkes Sleman akan mengkaji kebijakan pembelajaran tatap muka.

Terpisah, Kepala Kanwil Kemenag DIY, Edhi Gunawan, mengatakan, dari sekitar 300 Ponpes di DIY, 30 di antaranya telah melakukan pembelajaran tatap muka.

“Kita sudah mengeluarkan instruksi agar pesantren dengan santri terpapar Covid-19 ditutup dulu untuk sterilisasi. Kita minta kepala kantor koordinasi dan mendapatkan pendampingan Gugus Tugas karena ini jumlahnya cukup banyak,”katanya di Kompleks Kepatihan, Kamis (1/10/2020).

Edhi mengatakan, santri yang terinfeksi Covid-19 di Ponpes Padanaran jumlahnya cukup banyak.

Ia menambahkan, untuk tempat khusus yang disiapkan untuk isolasi mandiri di Ponpes tersebut setelah ditinjau hasilnya representatif untuk digunakan sebagai isolasi mandiri.

Bagi Ponpes yang menyelenggarakan tatap muka secara langsung, maka mekanismenya adalah santri yang berasal dari luar DIY wajib melakukan isolasi mandiri baik di tempat asal atau pesantren.

“Isolasi selama 14 hari. Kalau sudah steril masuk ke komunitas pesantren, bisa berkumpul di pesantren yang lain. Dipastikan clean, sudah bersih,” urai Edhi.

Sementara itu, terkait karyawan rumah makan di Kota Yogya yang terpapat virus corona, Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti menyebut munculnya kasus positif Covid-19 pada seorang pegawai restoran mie di Kotabaru, Gondokusuman, menjadi peringatan kepada pelaku usaha dalam penerapan protokol kesehatan.

“Kita harus giatkan pendisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan. Bukan pada dendanya, tapi lebih menggerakkan kesadaran masyarakat, termasuk pelaku usaha,” ujarnya.

Haryadi mengaku sudah menginstruksikan jajarannya, supaya mempercepat proses tracing. Sehingga, segala kemungkinan terkait risiko penularan di restoran yang lokasinya tak jauh dari Stadion Kridosono itu, dapat terdeteksi.

Tracing harus cepat, pemilik juga harus jujur, bagaimana riwayatnya. Saya minta kerjasamanya lah, agar pihak restoran kooperatif,” terangnya.

Sedang Ketua Gugus Tugas Kota Yogya, Heroe Purwadi menyatakan, Pemkot Yogyakarta tengah menggiatkan upaya tracing setelah ditemukan satu karyawan restoran mie di Kotabaru, Gondokusuman, yang dinyatakan positif Covid-19.

“Dari Puskesmas sudah ketemu dengan pimpinan restoran, sekaligus melakukan tracing untuk menemukan, apakah ada kemungkinan penularan di sana, atau tidak ya,” terangnya. [152]

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY